Adrian Ramdani
http://www.kompasiana.com/adrianramdani
Pelajaran sastra. Memang ini seolah suatu pelajaran yang kurang diminati banyak siswa sekolah. Mereka lebih cenderung memilih pelajaran yang menantang dan bersifat ilmiah. Matematika, Fisika, Kimia, merupakan pelajaran favorit yang dianggap paling digemari dan memberikan manfaat yang lebih dari sebuah puisi atau cerpen. Pelajaran sastra dirasa hanya diberikan sebagai pelengkap dan termasuk bagian dari pelajaran bahasa Indonesia. Porsi yang diberikan seolah-olah dianggap tidak terlalu penting nantinya atau dengan kata lain tidak menunjang untuk kehidupan masa depan.
Ketika pelajaran sastra -merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia- diberikan seolah hanya penyelipan dari pelajaran tentang bahasa. Memang teori-teori yang diberikan begitu menumpuk dengan diriingi sedikitnya aplikasi dan tidak seperti pelajaran lainnya, sehingga perkembangan pemikiran pun kosong. Tugas yang diberikan pun hanya menyangkut pembuatan suatu karya sastra yang instant dan tidak melalui suatu proses. Proses yang diperlukan untuk membimbing siswa agar menumbuhkan jiwa pembebasan yang lepas setelah kepala-kepalanya dipadati oleh celoteh-celoteh teori yang “klasik” dari buku. Dan jika tugas ini diberikan yang akhirnya selesai dikerjakan oleh siswa, diberikan penilaian yang sama dengan tugas pelajaran lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan esensi sastra itu sendiri, yang tidak bisa diukur dengan angka. Sebenarnya inilah sesuatu yang dashyat dari sastra. Menumbuhkan pemikiran yang bebas dan hakikat kehidupan yang alami.
Ketika sastra diajarkan, ketika itu pula kebosanan biasa melingkupi suasananya. Cara pengajaran materi yang berulang-ulang memang membuat para siswa menjadi bosan. Siswa yang telah berat otaknya, ditambah lagi pelajaran sastra yang menurut mereka membosankan dari segi cara mengajarkannya. Inilah kendala-kendala yang mungkin mengakibatkan pelajaran sastra kurang diminati. Biasa para guru pun agak malas ketika harus mengajarkan sastra dan hanya memberikan tugas, sehingga pelajaran sastra hanyalah sebagai pelajaran yang ‘numpang lewat’. Selain itu kurangnya pengetahuan guru mengenai sastra membuat pelajaran ini terasa monoton dan tidak akraktif. Guru pun mungkin kurang menyukai apresiasi sastra dan kurang termovitasi mengajarkan sastra sehingga mempengaruhi siswa-siswa yang menjadi ‘lesu’ untuk mempelajari sastra.
Suatu perkenalan yang unik dan mengesankan sangat perlu ketika mengenalkan pelajaran sastra ini. Hal ini dapat dijadikan sebagai sentuhan pertama yang baik. Sesuatu yang ‘nyeleneh’ bisa dilakukan guru atau agak sedikit ber-teater sambil membacakan puisi. Siswa yang tadinya ‘beku’ menjadi cair melihat tingkah gurunya yang sedang mengajarkan sastra. Mungkin cara ini agak aneh. Tapi ini ampuh.
Minat baca khususnya pada buku sastra pada siswa-siswa juga ikut mempengaruhi pengajaran sastra. Biasanya para siswa lebih perhatian pada sesuatu yang disimak daripada yang dibaca, sehingga memang situasi budaya lisan lebih berkembang pesat dari pada budaya tulisan.
Budaya bersastra dan pengapresiasiannya pada di lingkungan sekolah masih rendah. Sarana-sarana yang menunjang ke arah sana pun dirasa kurang. Perpustakaan sekolah masih dirasa minim buku-buku sastra. Kegiatan-kegiatan yang bernilai sastra pada lingkungan sekolah sebenarnya harus lebih digalakkan dan lebih terjadwal.
Adalah Kang Erwan Juhara, salah satu guru SMUN 10 di Bandung yang merupakan guru bahasa Indonesia dan berhasil menumbuhkan jiwa sastra pada siswa-siswanya. SMUN ini pun berhasil menarik perhatian banyak sastrawan dan sekolah lain yang ingin menirukannya. Kang Erwan membuat pemikiran para siswanya tumbuh berkembang dan bebas serta menyukai sastra dengan caranya tersendiri..Pelajaran sastra di sekolah itu pun menjadi pelajaran yang favorit, sehingga terasa lezat ketika mempelajarinya. Kang Erwan sendiri mempunyai yayasan dan sanggar seni yang bergerak dalam bidang seni dan sastra yaitu Yayasan Jendela Seni, suatu komunitas yang sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar.
Para sastrawan pun telah bergerilyawan menyerang sekolah-sekolah di seluruh SMU se-Nusantara dengan membuat kegiatan bernilai sastra bekerja sama dengan majalah Horison yaitu, “Siswa Bertanya, Sastrawan Bicara”. Kegiatan ini terbilang sukses dalam menumbuhkembangkan sastra di sekolah-sekolah. Sambutan siswa-siswa ini pun sangat positif, terlihat dari banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan SBSB di sekolahnya. Hasilnya banyak sastrawan-sastrawan muda yang mulai tumbuh dari sekolah-sekolah.
Pelajaran sastra tidak sekedar mengenal sastra kepada siswa. Mendekatkan sastra sangatlah penting, terutama nilai-nilainya yang berguna memahami hidup. Ungkapan jiwa, nuansa kehidupan, keindahan, semuanya tercipta dalam sastra. Siswa-siswa dapat mengembangkan pemikirannya serta talenta dalam menulis, sehingga dapat memaknai hidup
Mungkin kita pernah mendengar cerita mengenai Dead Poets Society, yang mengisahkan bagaimana menikmati pelajaran sastra dari seorang guru dengan cara pengajarannya yang esentrik. Di situ terlihat bahwa pelajaran sastra merupakan pelajaran yang berbeda dengan lainnya. Di saat pelajaran yang ‘berat’ bagi otak dengan tugas-tugas yang bertumpuk, datanglah pelajaran sastra yang sentuhan pertama yang ringan tetapi dengan substansi yang begitu berisi, menjelma menjadi pelajaran yang begitu menyenangkan. Di samping itu memang peran guru begitu besarnya ketika mendekatkan sastra kepada sisiwanya. Pendekatan yang dilakukan pun dengan proses yang sedikit demi sedikit tapi meyakinkan. Pada saat itulah pelajaran sastra bisa mengisi kehausan siswa-siswanya akan sesuatu yang baru. Sesuatu yang membuat ekspresi/ungkapan jiwanya keluar begitu alami yang selama ini terendap. Karena setiap jiwa mempunyai endapan kata-kata hati yang dahsyat ketika dikeluarkan.
Pelajaran sastra merupakan pelajaran yang ‘lezat’ jika kita benar-benar tahu cara menikmatinya. Tidak kala lezat dengan pelajaran lainnya. Bahkan mungkin ini yang terhebat dari yang lainnya. Dari segi subtansinya pun sangat berbobot, jika kita membidiknya dengan tepat. Dengan sastra kita dapat menggambarkan suatu keindahan hidup yang benar-benar harmonis. Hal ini juga yang ingin disampaikan para sastrawan dengan kegiatan SBSB-nya. Kegiatan yang benar-benar ingin mengenalkan sastra kepada para siswa. Bagaimana nikmatnya sastra pun dipaparkan dengan begitu bersahaja oleh Taufik Ismail, Putu Wijaya, Sutardji Calzoum Bahri, dan lain-lain.
Guru harus dituntut menguasai pengetahuan sastra, teori, sejarah, dan kritik sastra dengan seksama dengan mengikuti perkembangannya dari waktu ke waktu. Mencintai sastra secara pribadi dengan tulus berpengaruh juga agar lebih semangat dalam pengajaran sastra. Apresiasi yang mendalam mengenai suatu karya sastra dapat menjadi pegangan dalam membimbing siswa untuk mengenal sastra.
Cara pengemasan pengajaran sastra harus dilakukan lebih variatif dan menarik. Mungkin ini agak sedikit popular (pop). Pengemasan ini dirasa sangat perlu, mengingat dunia mereka penuh dengan warni-warni kehidupan yang ngepop. Lalu kenapa tidak ketika mengajarkan sastra mencoba mengenalkannya secara ngepop tanpa menghilangkan esensi sastra itu sendiri. Misalnya mengenalkannya pada syair-syair lagu pop yang sekarang ini sering memakai puisi sebagai andalan lagu seorang penyanyi atau grup band. Mudah-mudahan siswa-siswa tadi menjadi tertarik untuk mempelajari dalam lebih dalam lagi.
Peran guru salah satunya seperti Kang Erwan patut diperhatikan dalam mengembangkan sastra di sekolah. Pelajaran sastra yang diberikan menjadi lezat dengan porsi yang tepat
Dijumput dari: http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2010/10/12/melezatkan-pelajaran-sastra-di-sekolah/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar