Senin, 24 Juni 2013

Keteguhan Hati Mencari Makna Hidup

Judul: Rantau 1 Muara
Penulis: A Fuadi
Penerbit: Kompas Gramedia
Cetakan: Juni 2013
Tebal: 407 halaman
Peresensi: A Wahyu Kristianto
Media Indonesia, 23 Juni 2013
“Mungkin dengan menjadi penulis dan wartawan, aku bisa merintis jalan untuk bisa awet muda dengan tulisan dan karya jurnalistik yang berguna dan abadi, bisa mengubah dunia hanya dengan kata-kata.”

ALIF baru saja menyelesaikan tugasnya menuntut ilmu di jurusan hubungan internasional, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. Ia telah menjadi seorang sarjana. Lepas dari bangku kuliah, tokoh utama yang dikisahkan sebagai seorang anak berdarah Minang yang merantau ke Pulau Jawa itu dihadapkan pada situasi yang tidak mengenakkan.

Saat itu adalah titik awal masa reformasi Indonesia yang berbalut krisis ekonomi. Tak berbeda dengan kebanyakan orang di masa itu, Alif juga merasakan kesengsaraan yang teramat sangat. Ia kehilangan ladang pendapatan yang berasal dari salah satu koran lokal Bandung tempat dia biasanya menjadi kontributor.

Tak ada lagi uang saku yang membiayai perantauannya. Tak ada pula uang kiriman untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya di kampung. Berbekal prestasi yang ciamik di bangku kuliah, Alif ke sana kemari mencari pekerjaan yang lebih banyak berujung penolakan.

Saat ia hampir tanpa harapan, takdir mempertemukan Alif dengan profesi kewartawanan. Ia diterima sebagai jurnalis di majalah Ibu Kota yang sangat populer di kala itu, Majalah Derap. Alif pun pindah ke Jakarta untuk merintis profesi barunya.

Begitulah kisah yang membuka halaman-halaman awal buku Rantau 1 Muara ini. Seri terakhir dari trilogi kisah Negeri 5 Menara baru saja diluncurkan oleh penulis Ahmad Fuadi. Novel Rantau 1 Muara mempunyai daya tarik tersendiri sejak melihat sampulnya. Berbalut desain sampul yang sederhana dan permainan warna hijau toska yang menyejukan mata, visualisasi novel itu terlihat elegan.

Dengan desain buku yang menarik, alangkah tergodanya untuk menilai buku tersebut dari sampulnya dengan berujung ekspektasi besar pada jalan cerita buku pamungkas yang ditulis selama dua tahun itu. Semiotika yang dipakai pada sampul buku ini berjalan dengan sempurna. Waktu dua tahun untuk merampungkan novel anyar itu bagi Ahmad Fuadi seperti jalan panjang yang membuatnya berutang budi pada banyak orang. Hal tersebut terlihat dari kata pengantar yang lebih banyak disisipi ucapan terima kasih pada karib kerabat sanak keluarga daripada memaparkan benang merah novel 407 halaman ini.

Melahap halaman demi halaman novel ini membuat fungsi bacaan sebagai hiburan menjadi sangat kentara. Empat puluh enam bab dijalin dengan alur yang mengalir, deskripsi yang sangat rinci hingga pesan-pesan sederhana yang terasa tidak dipaksakan. Berbicara pesan, novel ini dipenuhi berbagai pesan kehidupan yang memang menjadi senjata utamanya.

Motivasi hidup

Sejak buku pertama berjudul Negeri 5 Menara rampung, penulis konsisten meramu pesan dan motivasi hidup dalam setiap cerita yang ditulisnya. Hal itu pula terasa di buku ini. Meskipun banyak pesan dan motivasi, buku ini tidak seperti menggurui pembaca. Cerdiknya, penulis membiarkan pembaca memahami dengan persepsi setiap artian pesan yang disisipkan. Sepeti salah satu kalimat di halaman 221. “Bagi Mas Garuda makan bersama itu penting. Dan memasak makanan buat teman itu lebih penting lagi.” Penulis cukup cerdas membuat adonan cerita yang legit untuk disantap. Tak ada halaman yang mengharuskan pembaca untuk mengerinyitkan kening mencerna cerita yang ditulis Ahmad Fuadi. Semuanya bisa dinikmati sembari menghabiskan sore yang bermandikan kemilau matahari ataupun sembari duduk di kereta menuju rumah. Ciri khas lain yang terasa dari buku ini adalah bagaimana penulis meramu romansa dalam cerita Rantau 1 Muara.

Tak hanya menjadi sebuah bumbu semata, romansa anak muda yang dikisahkan dalam buku ini memiliki porsi tersendiri yang cukup esensial. Ramuan romansa tersebut juga begitu kental dengan karakter anak muda Minang yang tetap menjunjung kesopanan walaupun berbicara cinta. Dengan latar belakang yang memang berdarah Minang tidak sulit bagi penulis untuk menjelmakan karakter pemuda Minang yang kuat pada diri Alif.

Romantisme dari meja redaksi Majalah Derap juga menjadi sebuah hiburan yang maksimal untuk pembaca. Pengisahan hari-hari Alif yang berprofesi sebagai seorang jurnalis terasa begitu nyata. Pembaca bahkan bisa dengan sangat jelas membayangkan tugas-tugas yang ditunaikan Alif selama berkarier di Derap.

Latar belakang wartawan yang pernah ditekuni penulis memang banyak membantu mengejawantahkan kisah apik kewartawanan Alif. “Saya sampai minta izin pada teman-teman wartawan untuk kembali ikut rapat redaksi demi mendapatkan kembali i sebagai wartawan,” beber Ahmad Fuadi yang sangat mementingkan riset untuk membangun imajinasi kisah-kisah yang ia tulis.

Setiap buku pasti memiliki kekurangan, begitupun buku Rantau 1 Muara. Satu kekurangan yang sangat terasa ialah penulis yang terlalu berani dan sering menggunakan kata-kata serapan dari bahasa Minangkabau ke dalam kalimat.

Kata-kata yang dipakai pun bukanlah kata-kata serapan yang populer, bukan kata-kata yang familiar oleh orang di luar Sumatra Barat misalnya penggunaan kata lindap di kalimat “Di bawah sinar lindap, aku melihat kamarku masih persis seperti waktu aku tinggalkan.” Penggunaan kata serapan yang kurang familiar memang baik untuk mengenalkan ke khalayak, tapi alangkah lebih baik menggunakan kata yang dimengerti orang banyak.

Meskipun begitu, kisah dari novel ini memperlihatkan kesinambungan dengan dua novel terdahulu karena kisah yang disampaikan dalam buku ini melanjutkan periode terdahulu kehidupan Alif.

Di buku ini, sosok Alif dihadapkan pada pencarian paling krusial dari periode hidup manusia yang terdiri dari pencarian passion pekerjaan, belahan jiwa, hingga pencarian makna hidup itu sendiri yang membawa Alif ke Amerika. Rantau 1 Muara dirasa cukup pas untuk merepresentasikan kepamungkasan cerita trilogi Negeri 5 Menara.

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/06/jendela-buku-keteguhan-hati-mencari.html

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir