Rabu, 15 Agustus 2012

Sepotong Kue Ulang Tahun

Ahmad Zaini *
http://sastra-indonesia.com/

Setetes air hujan menyentuh bibir saat kuterbaring di bangku tua pada sebuah taman. Kutatap langit hitam menggumpal seakan segera tertumpah di atas bumi raya ini. Kilat bersabung di angkasa mencekamkan suasana senja. Sementara kulihat kanan kiri taman ini sudah sepi. Hanya terlihat petugas kebersihan taman sedang memunguti daun-daun yang luruh tertempa angin.


Rintik hujan semakin kerap. Aku terpaksa melindungi diri dengan mantel yang kuselipkan di bawah jok motor. Bau penguk mantel yang sejak kubeli belum pernah kucuci hampir membuat diriku muntah. Untung hujan deras segera mengguyur sehingga baunya sudah tak menyengat seperti sebelumnya.

Bercak-bercak air memenuhi lubang tanah kusapu dengan roda motor. Airnya memercik hingga mengotori sepatu yang kupakai. Harga sepatu yang tidak seberapa mahal akhirnya kukorbankan berlepotan lumpur yang penting diriku segera sampai ke rumah Yulia.

Jam tangan yang tertutup mantel kuintip. Ternyata jarum jam sudah menunjuk angka 5 sore. Padahal Yulia mengundangku untuk ikut merayakan ulang tahunnya pukul 6.30 malam. Perjalanan sampai ke rumahnya kuperkirakan satu jam lagi. Itu pun kalau cuaca sedang mendukung. Sedangkan sore ini rupanya cuaca tidak bersahabat sehingga aku tak berani memacu motorku lebih kencang seperti biasanya.

“Eit, hampir saja!”

Sebuah lubang di tengah jalan raya hampir mencelakakanku. Untung aku sempat berkelit menghindarinya. Andaikan aku tak waspada mungkin akan seperti temanku yang dua tahun lalu terjatuh dari motor gara-gara terperosok ke dalam lubang di jalan ini.

Semenjak daerah ini sering dilanda banjir, banyak jalan yang rusak dan berlubang. Maka semua pengendara motor harus ekstra hati-hati dan waspada. Mungkin pihak yang terkait dengan infrastruktur jalan raya yang seperti itu sudah bosan memperbaikinya. Bagaimana tidak bosan? Setiap kali jalan raya itu baru selesai diperbaiki, dalam waktu dua hari sudah rusak lagi karena tergenang air.

“Hai, bangsat!”

Umpat kenek truk yang hampir menyenggol sepedaku.

“Bangsat sendiri!” balasku.

Ya, dasar kenek truk. Bisanya hanya mengagetkan orang saja. Dikira jalan raya ini milik kakek-neneknya kali!

“Hargai, dong, pengguna jalan raya! Jangan karena berkendaraan besar, lantas yang kecil-kecil diabaikan,” gerutuku.

Lampu penerang jalan raya sudah menyala semua. Sementara hujan masih mengguyur bumi. Semakin lama hujan ini tampaknya semakin lebat. Aku harus segera sampai ke rumah Yulia. Malu jika nanti saya ketinggalan acara. Motor kupacu dengan kencang tak peduli jalan licin dan berlubang. Berkali-kali aku hampir terpelanting gara-gara aku tak waspada dengan jalan berlubang.

Di perempatan jalan aku hampir saja menabrak seseorang yang melintasi jalan karena ia tak membawa rambu-rambu apapun.

“Maaf, Mas! Aku tak tahu kalau ada motor,” katanya.

“Ya, sama-sama. Saya juga minta maaf yang hampir saja menabrak Bapak. Tapi lain kali kalau mau menyabrang hati-hati dan tengok kanan kiri.

Hari sudah gelap. Lampu motor kunyalakan. Sepanjang jalan tampak beberapa orang dengan membawa bingkisan berjalan di trotoar jalan raya. Mereka menggunakan payung untuk melindungi tubuh dan bingkisannya agar tak kehujanan. Laju motor kuperlambat karena rumah Yulia sudah tampak di depan. Saat kubelok dan masuk halaman rumahnya ternyata orang-orang yang berjalan dan membawa payung itu juga ikut ke rumah Yulia.

“Aduh, Her untung kamu cepat datang! Yulia tidak mau keluar kamar. Ia menunggu kedatanganmu. Ayo cepat segera temui Yulia!” ajak Bu Tarti, bibinya, sambil menyeret tenganku ke kamar Yulia.

“Malam, Yulia!” sapaku.

Yulia kaget mendengar suaraku. Ia kemudian memandang ke arahku dengan mata yang sedikit memerah. Rupanya ia kuatir apabila aku tidak datang memenuhi undangannya.

“Mas Heru, akhirnya kamu datang juga!” ucapnya sembari tersenyum bahagia.

Tak lama kemudian para tamu dan undangan sudah berkumpul di ruang depan rumah Yulia. Mereka memeperhatikan diriku yang berjalan dengan menggandeng tangan Yulia. Ruangan tempat pesta ulang tahun Yulia sedikit tegang. Bola mata para undangan seakan mau melompat keluar. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara ibu Yulia memanggilnya.

“Sini kamu Yulia! Dia itu siapa?”bisik ibunya ke telinga Yulia.

“Dia itu Mas Heru, pacar Yulia, Bu,” jawab Yulia dengan lirih.

“Apa? Pacar!? Tidak Yulia. Kamu tidak boleh berpacaran dengannya. Dia tidak boleh mendampingimu merayakan pesta ulang tahunmu ini. Ibu sudah mengundang Pak Hendardi sebagai pendampingmu. Dia itu orang kaya, berwibawa, dan berpendidikan. Dia sebentar lagi datang,” tegur ibunya.

Yulia kaget saat ibunya menyebut nama Pak Hendardi. Yang ia ketahui Pak Hendardi itu ayahnya Nita teman sekelasku. Memang setahun yang lalu istrinya meninggal dunia karena tersambar petir. Jadi dia itu seorang duda beranak satu, Nita. Dengan serta merta Yulia memberontak dan menolak yang dikatakan ibunya. Ia berlari menuju ke arahku. Kemudian ia menggandeng tanganku. Aku jadi tidak enak karena ibu Yulia tidak merestui hubunganku dengannya.

“Yul, lepaskan tanganku. Lihat tatapan mata ibumu itu! Saya jadi tidak enak pada ibumu,” bisikku.

Belum selesai aku berbisik pada Yulia, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tanganku dan memaksaku keluar dari tempat acara pesta ulang tahun Yulia.

“Pergi kamu! Dan jangan kembali lagi!” perintahnya.

Saat kaki kananku melangkah ingin meninggalkan tempat itu, Yulia berteriak memanggilku. Seketika itu pula langkah kakiku berhenti dan menoleh ke arah suara Yulia. Dia menangis dan memaksa diriku kembali ke tempat acara pesta ulang tahun.

“Jangan kau pedulikan ibuku. Dia itu materialistis! Ayo, kembali ke rumahku!” Yulia menyeret tangaku melewati kerumunan orang-orang yang menenteng tas berisi hidangan yang dibagikan oleh keluarga Yulia.

“Para Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian! Acara ulang tahun Yulia yang ke-19 segera dimulai,” aba-aba dari panggung. Saat pemandu acara memanggil Yulia dan menyuruhnya ke panggung, ada seorang lelaki yang berjalan bersama ibu Yulia ke arah saya dan Yulia berdiri.

Dalam pikiranku, aku sepertinya pernah melihat dia? Ternyata dia lelaki yang melintas di perempatan jalan raya dan hampir saja tertabrak motorku. Tapi kenapa dia saat itu kok berjalan kaki? Padahal kata Ibu Yulia dia itu seorang yang berwibawa dan kaya raya. Ada yang tidak beres sepertinya.

“Para Hadirin, kita sambut Yulia yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-19. Dia kali ini tidak sendiri. Dia ditemani oleh calon pacar sekaligus calon suaminya. Kita tunggu… siapa dia calon suami Yulia…?”

Para hadirin terdiam dan terhenyak menantikan kejutan dalam pesta kali ini. Mata para undangan menyapu ke semua penjuru ruangan ini. Ia ingin tahu siapa sebenarnya calon suami Yulia. Betapa kagetnya hati para undangan ternyata calon suami Yulia jauh lebih tua dari dirinya.

Yulia melompat dari panggung, ia menangis sambil berlari menuju kamar. Sedangkan ibu Yulia panik melihat kejadian yang baru saja ia lihat. Mukanya merah padam menahan malu kepada para undangan khususnya kepada pak Hendardi. Ia berlari menyusul Yulia yang lebih dahulu tiba di kamar.

“Yulia, apa maksud semua ini?”

“Saya tidak mau dijodohkan dengan lelaki itu. Saya malu, Bu!”

“Kamu harus memikirkan masa depanmu. Pak Hendardi itu orang kaya yang sudah punya pekerjaan tetap. Ingat itu Yulia!” bentaknya.

“Saya sudah terlanjur cinta dengan Mas Heru, Bu,” kata Yulia.

“Apa yang kau andalkan darinya. Dia tak ubahnya seperti orang gelandangan yang setiap hari hidup di jalanan. Kamu mau jadi gelandangan, hah!” kata ibunya dengan mata melotot.

“Pokoknya saya tidak mau dengan dia. Aku memilih Mas Heru, titik!” putus Yulia.

Ibunya hanya terdiam tak mampu berkata-kata lagi. Ia malu kepada para undangan yang memenuhi ruangan tempat pesta. Pemandu acara kemudia meminta para undangan bersabar dan meminta maaf atas kejadian yang baru saja mereka lihat.

Di sela-sela kerumunan undangan aku duduk termenung seorang diri. Pada sebuah kursi aku menumpahkan segala keharuanku yang ternyata Yulia memang benar-benar mencintaiku.

Saya kaget saat Yulia berjalan mendekatiku dengan sepotong kue ulang tahun di tangannya. Perlahan tangannya bergerak kemudian menyuapi diriku dengan kue tersebut. Senyum manisnya mengundang keharuan para undangan. Kemudian ia menarik tanganku menyuruh kuberdiri. Perlahan-lahan aku bangkit dan berjalan mendampingi Yulia merayakan ulang tahunnya. Dia mengajakku naik ke panggung lalu memperkenalkan diriku pada para hadirin yang masih sabar menanti acara hingga usai.

*) Cerpenis beralamat di Wanar Pucuk Lamongan

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir