Ahmad Zaini *
http://sastra-indonesia.com/
Setetes air hujan menyentuh bibir saat kuterbaring di bangku tua pada sebuah taman. Kutatap langit hitam menggumpal seakan segera tertumpah di atas bumi raya ini. Kilat bersabung di angkasa mencekamkan suasana senja. Sementara kulihat kanan kiri taman ini sudah sepi. Hanya terlihat petugas kebersihan taman sedang memunguti daun-daun yang luruh tertempa angin.
Rintik hujan semakin kerap. Aku terpaksa melindungi diri dengan mantel yang kuselipkan di bawah jok motor. Bau penguk mantel yang sejak kubeli belum pernah kucuci hampir membuat diriku muntah. Untung hujan deras segera mengguyur sehingga baunya sudah tak menyengat seperti sebelumnya.
Bercak-bercak air memenuhi lubang tanah kusapu dengan roda motor. Airnya memercik hingga mengotori sepatu yang kupakai. Harga sepatu yang tidak seberapa mahal akhirnya kukorbankan berlepotan lumpur yang penting diriku segera sampai ke rumah Yulia.
Jam tangan yang tertutup mantel kuintip. Ternyata jarum jam sudah menunjuk angka 5 sore. Padahal Yulia mengundangku untuk ikut merayakan ulang tahunnya pukul 6.30 malam. Perjalanan sampai ke rumahnya kuperkirakan satu jam lagi. Itu pun kalau cuaca sedang mendukung. Sedangkan sore ini rupanya cuaca tidak bersahabat sehingga aku tak berani memacu motorku lebih kencang seperti biasanya.
“Eit, hampir saja!”
Sebuah lubang di tengah jalan raya hampir mencelakakanku. Untung aku sempat berkelit menghindarinya. Andaikan aku tak waspada mungkin akan seperti temanku yang dua tahun lalu terjatuh dari motor gara-gara terperosok ke dalam lubang di jalan ini.
Semenjak daerah ini sering dilanda banjir, banyak jalan yang rusak dan berlubang. Maka semua pengendara motor harus ekstra hati-hati dan waspada. Mungkin pihak yang terkait dengan infrastruktur jalan raya yang seperti itu sudah bosan memperbaikinya. Bagaimana tidak bosan? Setiap kali jalan raya itu baru selesai diperbaiki, dalam waktu dua hari sudah rusak lagi karena tergenang air.
“Hai, bangsat!”
Umpat kenek truk yang hampir menyenggol sepedaku.
“Bangsat sendiri!” balasku.
Ya, dasar kenek truk. Bisanya hanya mengagetkan orang saja. Dikira jalan raya ini milik kakek-neneknya kali!
“Hargai, dong, pengguna jalan raya! Jangan karena berkendaraan besar, lantas yang kecil-kecil diabaikan,” gerutuku.
Lampu penerang jalan raya sudah menyala semua. Sementara hujan masih mengguyur bumi. Semakin lama hujan ini tampaknya semakin lebat. Aku harus segera sampai ke rumah Yulia. Malu jika nanti saya ketinggalan acara. Motor kupacu dengan kencang tak peduli jalan licin dan berlubang. Berkali-kali aku hampir terpelanting gara-gara aku tak waspada dengan jalan berlubang.
Di perempatan jalan aku hampir saja menabrak seseorang yang melintasi jalan karena ia tak membawa rambu-rambu apapun.
“Maaf, Mas! Aku tak tahu kalau ada motor,” katanya.
“Ya, sama-sama. Saya juga minta maaf yang hampir saja menabrak Bapak. Tapi lain kali kalau mau menyabrang hati-hati dan tengok kanan kiri.
Hari sudah gelap. Lampu motor kunyalakan. Sepanjang jalan tampak beberapa orang dengan membawa bingkisan berjalan di trotoar jalan raya. Mereka menggunakan payung untuk melindungi tubuh dan bingkisannya agar tak kehujanan. Laju motor kuperlambat karena rumah Yulia sudah tampak di depan. Saat kubelok dan masuk halaman rumahnya ternyata orang-orang yang berjalan dan membawa payung itu juga ikut ke rumah Yulia.
“Aduh, Her untung kamu cepat datang! Yulia tidak mau keluar kamar. Ia menunggu kedatanganmu. Ayo cepat segera temui Yulia!” ajak Bu Tarti, bibinya, sambil menyeret tenganku ke kamar Yulia.
“Malam, Yulia!” sapaku.
Yulia kaget mendengar suaraku. Ia kemudian memandang ke arahku dengan mata yang sedikit memerah. Rupanya ia kuatir apabila aku tidak datang memenuhi undangannya.
“Mas Heru, akhirnya kamu datang juga!” ucapnya sembari tersenyum bahagia.
Tak lama kemudian para tamu dan undangan sudah berkumpul di ruang depan rumah Yulia. Mereka memeperhatikan diriku yang berjalan dengan menggandeng tangan Yulia. Ruangan tempat pesta ulang tahun Yulia sedikit tegang. Bola mata para undangan seakan mau melompat keluar. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara ibu Yulia memanggilnya.
“Sini kamu Yulia! Dia itu siapa?”bisik ibunya ke telinga Yulia.
“Dia itu Mas Heru, pacar Yulia, Bu,” jawab Yulia dengan lirih.
“Apa? Pacar!? Tidak Yulia. Kamu tidak boleh berpacaran dengannya. Dia tidak boleh mendampingimu merayakan pesta ulang tahunmu ini. Ibu sudah mengundang Pak Hendardi sebagai pendampingmu. Dia itu orang kaya, berwibawa, dan berpendidikan. Dia sebentar lagi datang,” tegur ibunya.
Yulia kaget saat ibunya menyebut nama Pak Hendardi. Yang ia ketahui Pak Hendardi itu ayahnya Nita teman sekelasku. Memang setahun yang lalu istrinya meninggal dunia karena tersambar petir. Jadi dia itu seorang duda beranak satu, Nita. Dengan serta merta Yulia memberontak dan menolak yang dikatakan ibunya. Ia berlari menuju ke arahku. Kemudian ia menggandeng tanganku. Aku jadi tidak enak karena ibu Yulia tidak merestui hubunganku dengannya.
“Yul, lepaskan tanganku. Lihat tatapan mata ibumu itu! Saya jadi tidak enak pada ibumu,” bisikku.
Belum selesai aku berbisik pada Yulia, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tanganku dan memaksaku keluar dari tempat acara pesta ulang tahun Yulia.
“Pergi kamu! Dan jangan kembali lagi!” perintahnya.
Saat kaki kananku melangkah ingin meninggalkan tempat itu, Yulia berteriak memanggilku. Seketika itu pula langkah kakiku berhenti dan menoleh ke arah suara Yulia. Dia menangis dan memaksa diriku kembali ke tempat acara pesta ulang tahun.
“Jangan kau pedulikan ibuku. Dia itu materialistis! Ayo, kembali ke rumahku!” Yulia menyeret tangaku melewati kerumunan orang-orang yang menenteng tas berisi hidangan yang dibagikan oleh keluarga Yulia.
“Para Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian! Acara ulang tahun Yulia yang ke-19 segera dimulai,” aba-aba dari panggung. Saat pemandu acara memanggil Yulia dan menyuruhnya ke panggung, ada seorang lelaki yang berjalan bersama ibu Yulia ke arah saya dan Yulia berdiri.
Dalam pikiranku, aku sepertinya pernah melihat dia? Ternyata dia lelaki yang melintas di perempatan jalan raya dan hampir saja tertabrak motorku. Tapi kenapa dia saat itu kok berjalan kaki? Padahal kata Ibu Yulia dia itu seorang yang berwibawa dan kaya raya. Ada yang tidak beres sepertinya.
“Para Hadirin, kita sambut Yulia yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-19. Dia kali ini tidak sendiri. Dia ditemani oleh calon pacar sekaligus calon suaminya. Kita tunggu… siapa dia calon suami Yulia…?”
Para hadirin terdiam dan terhenyak menantikan kejutan dalam pesta kali ini. Mata para undangan menyapu ke semua penjuru ruangan ini. Ia ingin tahu siapa sebenarnya calon suami Yulia. Betapa kagetnya hati para undangan ternyata calon suami Yulia jauh lebih tua dari dirinya.
Yulia melompat dari panggung, ia menangis sambil berlari menuju kamar. Sedangkan ibu Yulia panik melihat kejadian yang baru saja ia lihat. Mukanya merah padam menahan malu kepada para undangan khususnya kepada pak Hendardi. Ia berlari menyusul Yulia yang lebih dahulu tiba di kamar.
“Yulia, apa maksud semua ini?”
“Saya tidak mau dijodohkan dengan lelaki itu. Saya malu, Bu!”
“Kamu harus memikirkan masa depanmu. Pak Hendardi itu orang kaya yang sudah punya pekerjaan tetap. Ingat itu Yulia!” bentaknya.
“Saya sudah terlanjur cinta dengan Mas Heru, Bu,” kata Yulia.
“Apa yang kau andalkan darinya. Dia tak ubahnya seperti orang gelandangan yang setiap hari hidup di jalanan. Kamu mau jadi gelandangan, hah!” kata ibunya dengan mata melotot.
“Pokoknya saya tidak mau dengan dia. Aku memilih Mas Heru, titik!” putus Yulia.
Ibunya hanya terdiam tak mampu berkata-kata lagi. Ia malu kepada para undangan yang memenuhi ruangan tempat pesta. Pemandu acara kemudia meminta para undangan bersabar dan meminta maaf atas kejadian yang baru saja mereka lihat.
Di sela-sela kerumunan undangan aku duduk termenung seorang diri. Pada sebuah kursi aku menumpahkan segala keharuanku yang ternyata Yulia memang benar-benar mencintaiku.
Saya kaget saat Yulia berjalan mendekatiku dengan sepotong kue ulang tahun di tangannya. Perlahan tangannya bergerak kemudian menyuapi diriku dengan kue tersebut. Senyum manisnya mengundang keharuan para undangan. Kemudian ia menarik tanganku menyuruh kuberdiri. Perlahan-lahan aku bangkit dan berjalan mendampingi Yulia merayakan ulang tahunnya. Dia mengajakku naik ke panggung lalu memperkenalkan diriku pada para hadirin yang masih sabar menanti acara hingga usai.
*) Cerpenis beralamat di Wanar Pucuk Lamongan
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar