Sabtu, 21 Januari 2012

Sepercik Saran Memperkuat Aruh Sastra

Sainul Hermawan
__Radar Banjarmasin

Akhirnya Kabupaten Hulu Sungai Tengah mampu menyelenggarakan Aruh Sastra VIII pada 16-19 September 2011 dengan beberapa keistimewaan meskipun tak bisa lepas dari kekurangan-kekurangan yang dapat kita maklumi. Dua hal yang sangat diapresiasi oleh rombongan yang sehotel dengan saya adalah, pertama, keberadaan LO atau liaison officer atau pendamping. Mereka adalah para siswa Madrasah Tsanawiyah dan SMP tapi sangat cakap membantu peserta yang belum mengerti arah di kota apam ini. Di Aruh sebelumnya tak pernah ada yang seperti ini.

Kedua, program sastrawan masuk sekolah membuka cakrawala pergaulan baru antara sastrawan Kalsel dan dunia nyata publik yang seharusnya menjadi sasaran mereka. Dalam program ini para sastrawan dibagi menjadi 12 kelompok untuk berinteraksi dengan siswa dan guru di SMP, SMA, dan SMK yang ditunjuk sambil mengalami sastra dari pukul delapan pagi sampai dua belas siang. Sayangnya, seminar sastra di Aruh kali ini tampak kurang menunjukkan kehadiran para guru bahasa Indonesia. Padahal, tema seminar hari pertama sangat relevan untuk menggugah kesadaran mereka terhadap pentingnya pembelajaran sastra yang berkualitas di sekolah.

Strategi-strategi baru harus terus dicari untuk membawa dunia pendidikan masuk ke wilayah sastra yang selama ini diasumsikan sebagai dunia orang-orang Dewan Kesenian atau Disporabudpar. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah lomba apresiasi karya sastra untuk para guru bahasa Indonesia, khusus karya yang ada dalam antologi produk Aruh Sastra dari yang pertama sampai yang terakhir.

Langkah ini pun dapat dipakai untuk mengetahui karya siapa sajakah yang diapresiasi. Ruang-ruang pembacaan yang luas harus dibuka. Aruh yang akan datang perlu menerbitkan antologi apresiasi sastra yang berisi esai pemenang dan nominasi dalam lomba apresiasi sastra tersebut. Lomba semacam ini dapat memberikan dampak positif bagi pengintiman guru dan karya sastra para sastrawan Kalsel. Jika ini terus bergulir, publik Aruh Sastra akan terus berkembang.

Lomba lain yang relevan adalah merancang pembelajaran sastra yang kreatif, inovatif dan menyenangkan dengan menggunakan karya para sastrawan Kalsel. Program semacam ini tidak pernah dilakukan oleh lembaga-lembaga yang semestinya melakukannya jika memang punya keperdulian terhadap peningkatan kompetensi sastra para guru bahasa Indonesia.

Di Aruh Sastra mendatang, kegiatan semacam ini perlu diperkuat. Kepala Dinas Pendidikan perlu dilibatkan dalam kepanitiaan untuk mengarahkan kepala sekolah dalam memilih perwakilan siswa yang memang menyukai sastra atau siswa yang nilai pelajaran bahasa Indonesianya tinggi untuk berinteraksi secara langsung dengan para sastrawan. Hal ini perlu dilakukan agar menjamin terlaksananya interaksi yang meriah.

Setelah berbincang dengan sejumlah tokoh sastra di Aruh Sastra Barabai, saya pun mencatat beberapa hal penting yang lain, yakni soal dana. Bagaimana agar kepala Ketua Panitia Aruh tidak “pecah” karena memikirkan dan bergerilya sendiri mencari dana agar Aruh bisa terselenggara?

Eko Suryadi WS menyarankan agar Aruh Sastra menjadi kegiatan bersama SKPD-SKPD terkait yang ada di kabupaten dan provinsi. Usulannya tentu didasarkan pada pengalamannya mengelola dana penyelenggaraan Aruh Sastra III di Kotabaru (25 s.d. 28 Mei 2006) yang dikenang sebagai Aruh Sastra yang paling berhasil.

Jika diurai, mungkin usulan tersebut jadi begini: untuk urusan biaya keberangkatan dan kesejahteraan kontingen daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten yang bersangkutan melalui mata anggaran yang sudah pasti di masing-masing Dewan Kesenian mereka.

Program sastrawan masuk sekolah dapat dijadikan program oleh Dinas Pendidikan. Segala biaya yang terkait dengan kegiatan ini dibiayai oleh Dinas. Kesepahaman dan kesadaran yang sama antara misi Aruh Sastra dan Dinas Pendidikan harus sejalan dan memang seharusnya demikian. Sastra dan pendidikan secara historis memiliki hubungan yang sangat erat.

Perguruan tinggi yang memiliki program studi pendidikan sastra perlu dilibatkan untuk selalu menghadiri acara ini dan menjadikan Aruh sebagai bagian integral dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian, segala biaya perjalanan dinas dan honornya ditanggung oleh lembaga tersebut. Dengan kata lain, pembicara dari kampus yang telah dibiayai kampusnya tak perlu lagi dibiayai oleh panitia.

Penguatan sponsor sangat diperlukan. Dunia usaha yang ada di kabupaten harus diajak terlibat. Beberapa titik yang dapat diajak berpartisipasi adalah bank, hotel, perusahaan tambang, dll. Dukungan pemerintah (bupati dan wakilnya) untuk memediasi hubungan antara panitia dan mereka sangatlah penting. Setiap unit usaha dapat diminta untuk membiayai satu jenis kegiatan yang ada.

Setiap daerah yang mendapatkan kesempatan menyelenggarakan Aruh sebenarnya diberi kepercayaan oleh publik untuk menunjukkan kemampuan mengelola kegiatan besar dengan cara-cara yang baik: penuh musyawarah dan transparan.

Efisiensi pembiayaan Aruh Sastra juga dapat dilakukan dengan melibatkan PKK dalam penyediaan konsumsi dan jika mungkin mengintegrasikan kegiatan Aruh dalam agenda peringatan Hari Jadi kabupaten atau kota.

Dengan efesiensi dan integrasi pembiayaan semacam ini diharapkan dana inti Aruh lebih dapat difokuskan untuk meningkatkan pembiayaan penjurian lomba. Ada keluhan masalah penjurian lomba puisi yang hanya dilakukan dengan menilai naskah. Ada harapan agar model penilaian lomba penulisan karya sastra di FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) diterapkan di Aruh, yaitu dengan menguji 10 nominasi untuk mengikuti penilaian langsung di hadapan dewan juri sebelum nama-nama juara diputuskan. Lomba Aruh juga harus diorientasikan untuk regenerasi. Jangan sampai sang juara hanyalah sosok gaib yang hanya menulis dalam rangka Aruh dengan menghalalkan segala cara demi hadiah yang lumayan.

Aruh kali ini meninggalkan catatan lain pula mengenai integritas penjurian lomba menulis cerita rakyat. Katanya, cerita yang mereka pilih adalah cerita yang belum pernah ditulis atau diceritakan sebelumnya, baik di media atau di buku. Jika bunyinya pernyataannya memang demikian, syarat ini ambigu karena yang namanya cerita rakyat pasti pernah diceritakan sebelumnya meski tidak dengan cara ditulis. Seharusnya, juri cukup mempersyaratkan orisinalitas dan keunikan karya. Bisa saja ada peserta menulis versi baru Radin Pengantin. Orisinalitas bisa berdasar pada kebaruan interpretasi dan penyajian.

Yang terjadi biarlah begitu adanya dengan tetap kita sadari kekurangannya sebagai pengingat untuk belajar memperbaikinya . Semua itu tetap berharga jika kita jadikan panduan untuk beraruh sastra lebih baik pada 2012 di Banjarmasin dan 2013 di Banjarbaru. Sampai jumpa di dalam satu dekade aruh pada 2014 entah di mana dengan kandidat bupati dan gubernur yang tidak buta sastra!

Loktara, 21.09.2011

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir