Yohanes Sehandi *
harian Pos Kupang, 23 Juni 2010
Sejak Dami N. Toda meninggal dunia 10 November 2006 di Hamburg (Jerman) sampai dengan pengantaran abu jenazahnya ke Indonesia/NTT, Oktober 2007, sejumlah koran nasional dan lokal NTT (Pos Kupang dan Flores Pos), memberitakannya. Wartawan Pos Kupang di Manggarai, Kanis Lina Bana, merekam kembali perjalanan hidup almarhum dan menghasilkan tiga tulisan berseri di Pos Kupang (25-27/10/2007). Dua penulis muda NTT, Bill Halan (Pos Kupang, 1/11/2007) dan Isidorus Lilijawa (Flores Pos, 24/10/2007) memberi sumbangan “opini sastra” tentang Dami N. Toda beserta jasa-jasanya. Semakin semarak berita tentang almarhum dengan kehadiran sastrawan besar Indonesia, WS Rendra, yang memberi kesaksian tentang kehebatan Dami N. Toda, juga ikut mengantarkan abu jenazah almarhum ke Kupang terus ke Todo-Pongkor, Manggarai, untuk disemayamkan di tempat peristirahatannya yang terakhir (Pos Kupang, 12, 16, 17, 19, 21/10/2007, dan Flores Pos, 16, 19/10/2007).
Dari berbagai berita dan opini, juga sambutan dalam berbagai acara, almarhum dihormati dengan sebutan “sastrawan” atau “budayawan,” sambil sesekali karya-karyanya disebut, seperti Novel Baru Iwan Simatupang (1980), Hamba-Hamba Kebudayaan (1984), dan Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (1999). Hanya sayangnya, tidak ada berita/ ulasan yang “memadai” tentang karya-karya sastra bidang “spesifik apa” yang membuat nama Dami N. Toda terkenal dan meroket cakrawala sastra Indonesia modern. Sebutan sastrawan atau budayawan adalah sebutan umum yang perlu diberi penjelasan.
Kritikus Sastra
Tulisan ini mencoba menelusuri karya-karya Dami N. Toda sejauh yang penulis jangkau (miliki), yang melipuiti karya sastra kreatif (puisi), pemikiran kebudayaan, dan kritik sastra. Tiga bidang inilah yang menurut hemat penulis, merupakan “basis” pergulatan intelektual beliau selama hidupnya yang terekam dan terpublikasikan untuk umum.
Di bidang sastra kreatif, dosen pada Lembaga Studi-Studi Indonesia dan Pasifik, Universitas Hamburg (Jerman) sejak 1981 sampai dengan meninggal 10 November 2006, ini telah menciptakan puisi-puisi yang cukup bernas, sementara prosa (novel dan cerpen) dan naskah drama, sejauh yang penulis ketahui, belum pernah ditulisnya. Puisi-puisi Dami dapat dinikmati dalam antologi puisi Penyair Muda di Depan Forum (1974) dan Tonggak III (Editor Linus Suryadi AG, 1987), serta kumpulan puisi Buru Abadi (2005).
Dilihat dari jumlah puisi yang dihasilkannya, beliau tidak termasuk penyair produktif. Ini kalau kita bandingkan dengan sejumlah penyair lain seangkatannya, seperti WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, dan Sutardji Calzoum Bachri.
Di bidang pemikiran kebudayaan, Dami N. Toda menghasilkan buku berbobot Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (1999), juga menerjemahkan dan memberi prakata buku Maka Berbicaralah Zarathustra F. Nietsche (2000). Buku sejarah budaya Manggarai ini menggambarkan pemikiran kritis Dami N. Toda yang bertujuan “mencerahkan/ meluruskan” sejarah kerajaan lokal Manggarai sebagai hasil manipulasi sejarah kaum penjajah di masa lalu. Buku ini merupakan salah satu buku terbaik hasil penelitian sejarah kebudayaan daerah di Indonesia yang “mengandalkan” tradisi lisan atau bahasa tutur masyarakat lokal sebagai sumber utama penelitian dan menghasilkan karya ilmiah yang patut diperhitungkan.
Di bidang kritik sastra, yang di dalamnya mencakup analisis sastra dan telaah sastra, Dami N. Toda mengukir nama besar di tingkat nasional. Karya-karya kritiknya terdapat dalam buku, antara lain: Puisi-Puisi Goenawan Mohamad (berisi telaah/ kritik sastra, 1975), Novel Baru Iwan Simatupang (skripsi sarjana UI, berupa telaah/kritik sastra, 1980), dan Hamba-Hamba Kebudayaan (himpunan kritik sastra dari berbagai media, 1984). Dami pun berhasil mengumpulkan cerpen Iwan Simatupang yang tersebar/ tercecer dalam satu kumpulan cerpen dengan judul Tegak Lurus dengan Langit (1983).
Dibandingkan dengan karyanya di bidang satra kreatif dan pemikiran kebudayaan, karyanya di bidang kritik sastralah yang lebih banyak menimbulkan decak kagum banyak kalangan. Almarhum menghasilkan karya kritik sastra (tulisan atau buku) yang berbobot dan menggemparkan jagat sastra Indonesia modern tahun 1970-an dan 1980-an. Sastrawan Indonesia yang karyanya dikritik Dami memberi rasa hormat. Menurut hemat penulis, sebutan/ julukan yang tepat untuk Dami N. Toda adalah “kritikus sastra.” Kritik sastra adalah spesifikasi keahliannya yang sangat menonjol dan membuat namanya terkenal.
Ada tiga jenis kritik sastra Dami, yakni kritik novel, kritik puisi, dan kritik drama/teater. Pengertian “kritik sastra” di sini adalah upaya kritikus mengungkapkan keunggulan/ kekuatan sebuah karya sastra, juga kekurangan/ kelemahannya, yang dilakukan secara kritis, analitis, dan estetis. Di sinilah letak perbedaan “kritik sastra” dengan pengertian “kritik” pada umumnya.
Novel-novel yang dikritik Dami adalah novel-novel Iwan Simatupang, yakni Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969), Kering (1972), dan Koong (1975). Puisi-puisi yang mendapat perhatian Dami adalah puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang terhimpun dalam kumpulan puisi O Amuk Kapak (1981) yang merupakan gabungan tiga kumpulan puisi Sutardji sebelumnya dalam bentuk stensilan, yakni O (1973), Amuk (1977), dan Kapak (1979). Dami juga memberikan ulasan khusus terhadap puisi-puisi WS Rendra, Goenawan Mohamad, Ibrahim Sattah, dan Abdul Hadi W.M. Sedangkan kritik drama Dami lakukan terhadap karya WS Rendra (terutama “Bip-Bop” dan “Piiieeep”).
Menemukan Iwan
Novel-novel Iwan Simatupang (juga cerpennya) yang terbit 1960-an dan 1970-an tidak mendapat respons para pengamat dan kritikus sastra Indonesia. Karya-karyanya dinilai aneh, lain dari yang lain, padat renungan/idealis, tokohnya tokoh imajiner, latar tempat tak dapat dilacak, penuh kejutan, tidak ada awal, tengah, dan akhir. Pokoknya, sastra Iwan tidak bisa diterima dengan kerangka ilmu sastra yang sudah baku di Indonesia, yang antara lain dirasuki oleh Teory of Literature (Rene Welek, dkk) dan Aspects of The Novel (E.M.Forster).
Novel-novel Iwan tidak bisa dinalar dari segi “intrinsik” dan “ekstrinsik,” karena itu bukanlah novel, bukan sastra. Seorang kritikus sastra dari UI, Boen S. Oemarjati, menolak cerpen Iwan “Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu” (Majalah Sastra I/7-1961) sebagai “Cerpen yang tidak memberikan suatu sikap positif.” Penolakan kritikus ini mendapat tanggapan keras dari Iwan lewat esainya, “T dari Tanggung Jawab” (Majalah Sastra II/1-1962) yang dimuat kembali dalam Sejumlah Masalah Sastra (Satyagraha Hoerip, Ed, 1982).
Publik sastra Indonesia merasakan sesuatu yang baru dalam novel-novel Iwan, namun tidak ada yang mampu menjelaskan “kebaruan” yang dibawakan Iwan. Pada saat kevakuman itulah muncul Dami N. Toda. Dami melakukan studi yang mendalam terhadap novel-novel Iwan lewat skripsi sarjananya di FS UI (1975), kemudian dibukukan menjadi Novel Baru Iwan Simatupang . Menurut Dami, novel-novel Iwan adalah aplikasi filsafat eksistensialisme yang sedang demam di Barat mulai tahun 1950-an. Ini bisa dipahami karena bertahun-tahun Iwan belajar di Eropa, antropologi di Leiden, drama di Amsterdam (Belanda), filsafat di Sorbonne (Perancis).
Temuan Dami N. Toda lewat Novel Baru Iwan Simatupang ini membuat namanya terangkat dan masuk dalam jajaran kritikus sastra Indonesia. Benar sekali kesaksian Rofino Kant, Ruteng, teman akrab Dami N. Toda semasih tinggal di Jakarta, bahwa nama Dami menjadi terkenal pada waktu diskusi sastra dengan sejumlah sastrawan terkenal di Jakarta tentang novel Iwan Merahnya Merah. Dami berani memberikan catatan kritis terhadap novel tersebut (Pos Kupang, 26/10/2007). Forum diskusi sastra dan tulisan Dami tentang Iwan mengokohkan namanya sebagai kritikus sastra yang menemukan novelis besar Indonesia, Iwan Simatupang.
Melambungkan Sutardji
Setelah menemukan Iwan, Dami N. Toda menjelajahi puisi-puisi “aneh” dan “nyentrik” (mirip perilaku penyairnya) Sutardji Calzoum Bachri (SCB) dalam kumpulan puisinya yang lengkap O Amuk Kapak. Kemunculan penyair SCB tahun 1970-an menggegerkan jagat perpuisian Indonesia. Sajak-sajaknya aneh, unik, lain dari yang pernah ada dalam sastra Indonesia sejak zaman pantun/syair/gurindam sampai zaman Balai Pustaka, Punjangga Baru, Angkatan 45 dan Angkatan 66. Konvensi penulisan puisi yang bertumpu pada kata/bahasa yang melahirkan makna (tergantung pada kata – meminjam istilah A. Teeuw) tidak diindahkan, bahkan dibalik-balik, disungsang, dan dibuntungkan. Aturan ejaaan (yang berkali-kali disempurnakan) dan gramatika bahasa Indonesia dibuat tak berdaya. Sejumlah pengarang memberi sikap sinis, bahkan menolaknya sebagai puisi/sastra.
Di tengah kontroversi kehadiran SCB, tampillah Dami N. Toda di atas panggung kritik sastra Indonesia. Ia memberi apresiasi yang positif terhadap SCB. Ia membedah puisi-puisi SCB yang mirip mantra dengan pisau analisis yang tajam bermodalkan pengetahuan yang luas di bidang ilmu sastra, filsafat, dan mitologi. Dami N. Toda menunjuk dan memperlihatkan ke publik sastra “kebaruan” hasil kreativitas yang dibawakan SCB dalam khazanah sastra Indonesia modern.
Hasil telaahan/pencerahan Dami terhadap puisi-puisi SCB membuka mata publik sastra Indonesia akan pembaruan puisi/penciptaan sastra di Indonesia. Satu-satunya kritikus sastra Indonesia modern, yang paling intens mendalami puisi-puisi SCB dan mempublikasikannya adalah Dami N. Toda. Melambungnya nama SCB menjadi penyair besar Indonesia yang pada 26 Januari 1976 memproklamasikan dirinya sebagai “Presiden Penyair Indonesia,” tidak terlepas dari jasa besar seorang kritikus besar Indonesia yang bernama Dami N. Toda. ***
*) Anggota DPRD NTT 1999-2009
Dijumput dari: http://yohanessehandi.blogspot.com/2011/05/dami-n-toda-sebagai-kritikus-sastra.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar