Jumat, 28 Oktober 2011

Dami N. Toda sebagai Kritikus Sastra

Yohanes Sehandi *
harian Pos Kupang, 23 Juni 2010

Sejak Dami N. Toda meninggal dunia 10 November 2006 di Hamburg (Jerman) sampai dengan pengantaran abu jenazahnya ke Indonesia/NTT, Oktober 2007, sejumlah koran nasional dan lokal NTT (Pos Kupang dan Flores Pos), memberitakannya. Wartawan Pos Kupang di Manggarai, Kanis Lina Bana, merekam kembali perjalanan hidup almarhum dan menghasilkan tiga tulisan berseri di Pos Kupang (25-27/10/2007). Dua penulis muda NTT, Bill Halan (Pos Kupang, 1/11/2007) dan Isidorus Lilijawa (Flores Pos, 24/10/2007) memberi sumbangan “opini sastra” tentang Dami N. Toda beserta jasa-jasanya. Semakin semarak berita tentang almarhum dengan kehadiran sastrawan besar Indonesia, WS Rendra, yang memberi kesaksian tentang kehebatan Dami N. Toda, juga ikut mengantarkan abu jenazah almarhum ke Kupang terus ke Todo-Pongkor, Manggarai, untuk disemayamkan di tempat peristirahatannya yang terakhir (Pos Kupang, 12, 16, 17, 19, 21/10/2007, dan Flores Pos, 16, 19/10/2007).

Dari berbagai berita dan opini, juga sambutan dalam berbagai acara, almarhum dihormati dengan sebutan “sastrawan” atau “budayawan,” sambil sesekali karya-karyanya disebut, seperti Novel Baru Iwan Simatupang (1980), Hamba-Hamba Kebudayaan (1984), dan Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (1999). Hanya sayangnya, tidak ada berita/ ulasan yang “memadai” tentang karya-karya sastra bidang “spesifik apa” yang membuat nama Dami N. Toda terkenal dan meroket cakrawala sastra Indonesia modern. Sebutan sastrawan atau budayawan adalah sebutan umum yang perlu diberi penjelasan.

Kritikus Sastra

Tulisan ini mencoba menelusuri karya-karya Dami N. Toda sejauh yang penulis jangkau (miliki), yang melipuiti karya sastra kreatif (puisi), pemikiran kebudayaan, dan kritik sastra. Tiga bidang inilah yang menurut hemat penulis, merupakan “basis” pergulatan intelektual beliau selama hidupnya yang terekam dan terpublikasikan untuk umum.

Di bidang sastra kreatif, dosen pada Lembaga Studi-Studi Indonesia dan Pasifik, Universitas Hamburg (Jerman) sejak 1981 sampai dengan meninggal 10 November 2006, ini telah menciptakan puisi-puisi yang cukup bernas, sementara prosa (novel dan cerpen) dan naskah drama, sejauh yang penulis ketahui, belum pernah ditulisnya. Puisi-puisi Dami dapat dinikmati dalam antologi puisi Penyair Muda di Depan Forum (1974) dan Tonggak III (Editor Linus Suryadi AG, 1987), serta kumpulan puisi Buru Abadi (2005).

Dilihat dari jumlah puisi yang dihasilkannya, beliau tidak termasuk penyair produktif. Ini kalau kita bandingkan dengan sejumlah penyair lain seangkatannya, seperti WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, dan Sutardji Calzoum Bachri.

Di bidang pemikiran kebudayaan, Dami N. Toda menghasilkan buku berbobot Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (1999), juga menerjemahkan dan memberi prakata buku Maka Berbicaralah Zarathustra F. Nietsche (2000). Buku sejarah budaya Manggarai ini menggambarkan pemikiran kritis Dami N. Toda yang bertujuan “mencerahkan/ meluruskan” sejarah kerajaan lokal Manggarai sebagai hasil manipulasi sejarah kaum penjajah di masa lalu. Buku ini merupakan salah satu buku terbaik hasil penelitian sejarah kebudayaan daerah di Indonesia yang “mengandalkan” tradisi lisan atau bahasa tutur masyarakat lokal sebagai sumber utama penelitian dan menghasilkan karya ilmiah yang patut diperhitungkan.

Di bidang kritik sastra, yang di dalamnya mencakup analisis sastra dan telaah sastra, Dami N. Toda mengukir nama besar di tingkat nasional. Karya-karya kritiknya terdapat dalam buku, antara lain: Puisi-Puisi Goenawan Mohamad (berisi telaah/ kritik sastra, 1975), Novel Baru Iwan Simatupang (skripsi sarjana UI, berupa telaah/kritik sastra, 1980), dan Hamba-Hamba Kebudayaan (himpunan kritik sastra dari berbagai media, 1984). Dami pun berhasil mengumpulkan cerpen Iwan Simatupang yang tersebar/ tercecer dalam satu kumpulan cerpen dengan judul Tegak Lurus dengan Langit (1983).

Dibandingkan dengan karyanya di bidang satra kreatif dan pemikiran kebudayaan, karyanya di bidang kritik sastralah yang lebih banyak menimbulkan decak kagum banyak kalangan. Almarhum menghasilkan karya kritik sastra (tulisan atau buku) yang berbobot dan menggemparkan jagat sastra Indonesia modern tahun 1970-an dan 1980-an. Sastrawan Indonesia yang karyanya dikritik Dami memberi rasa hormat. Menurut hemat penulis, sebutan/ julukan yang tepat untuk Dami N. Toda adalah “kritikus sastra.” Kritik sastra adalah spesifikasi keahliannya yang sangat menonjol dan membuat namanya terkenal.

Ada tiga jenis kritik sastra Dami, yakni kritik novel, kritik puisi, dan kritik drama/teater. Pengertian “kritik sastra” di sini adalah upaya kritikus mengungkapkan keunggulan/ kekuatan sebuah karya sastra, juga kekurangan/ kelemahannya, yang dilakukan secara kritis, analitis, dan estetis. Di sinilah letak perbedaan “kritik sastra” dengan pengertian “kritik” pada umumnya.

Novel-novel yang dikritik Dami adalah novel-novel Iwan Simatupang, yakni Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969), Kering (1972), dan Koong (1975). Puisi-puisi yang mendapat perhatian Dami adalah puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang terhimpun dalam kumpulan puisi O Amuk Kapak (1981) yang merupakan gabungan tiga kumpulan puisi Sutardji sebelumnya dalam bentuk stensilan, yakni O (1973), Amuk (1977), dan Kapak (1979). Dami juga memberikan ulasan khusus terhadap puisi-puisi WS Rendra, Goenawan Mohamad, Ibrahim Sattah, dan Abdul Hadi W.M. Sedangkan kritik drama Dami lakukan terhadap karya WS Rendra (terutama “Bip-Bop” dan “Piiieeep”).

Menemukan Iwan

Novel-novel Iwan Simatupang (juga cerpennya) yang terbit 1960-an dan 1970-an tidak mendapat respons para pengamat dan kritikus sastra Indonesia. Karya-karyanya dinilai aneh, lain dari yang lain, padat renungan/idealis, tokohnya tokoh imajiner, latar tempat tak dapat dilacak, penuh kejutan, tidak ada awal, tengah, dan akhir. Pokoknya, sastra Iwan tidak bisa diterima dengan kerangka ilmu sastra yang sudah baku di Indonesia, yang antara lain dirasuki oleh Teory of Literature (Rene Welek, dkk) dan Aspects of The Novel (E.M.Forster).

Novel-novel Iwan tidak bisa dinalar dari segi “intrinsik” dan “ekstrinsik,” karena itu bukanlah novel, bukan sastra. Seorang kritikus sastra dari UI, Boen S. Oemarjati, menolak cerpen Iwan “Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu” (Majalah Sastra I/7-1961) sebagai “Cerpen yang tidak memberikan suatu sikap positif.” Penolakan kritikus ini mendapat tanggapan keras dari Iwan lewat esainya, “T dari Tanggung Jawab” (Majalah Sastra II/1-1962) yang dimuat kembali dalam Sejumlah Masalah Sastra (Satyagraha Hoerip, Ed, 1982).

Publik sastra Indonesia merasakan sesuatu yang baru dalam novel-novel Iwan, namun tidak ada yang mampu menjelaskan “kebaruan” yang dibawakan Iwan. Pada saat kevakuman itulah muncul Dami N. Toda. Dami melakukan studi yang mendalam terhadap novel-novel Iwan lewat skripsi sarjananya di FS UI (1975), kemudian dibukukan menjadi Novel Baru Iwan Simatupang . Menurut Dami, novel-novel Iwan adalah aplikasi filsafat eksistensialisme yang sedang demam di Barat mulai tahun 1950-an. Ini bisa dipahami karena bertahun-tahun Iwan belajar di Eropa, antropologi di Leiden, drama di Amsterdam (Belanda), filsafat di Sorbonne (Perancis).

Temuan Dami N. Toda lewat Novel Baru Iwan Simatupang ini membuat namanya terangkat dan masuk dalam jajaran kritikus sastra Indonesia. Benar sekali kesaksian Rofino Kant, Ruteng, teman akrab Dami N. Toda semasih tinggal di Jakarta, bahwa nama Dami menjadi terkenal pada waktu diskusi sastra dengan sejumlah sastrawan terkenal di Jakarta tentang novel Iwan Merahnya Merah. Dami berani memberikan catatan kritis terhadap novel tersebut (Pos Kupang, 26/10/2007). Forum diskusi sastra dan tulisan Dami tentang Iwan mengokohkan namanya sebagai kritikus sastra yang menemukan novelis besar Indonesia, Iwan Simatupang.

Melambungkan Sutardji

Setelah menemukan Iwan, Dami N. Toda menjelajahi puisi-puisi “aneh” dan “nyentrik” (mirip perilaku penyairnya) Sutardji Calzoum Bachri (SCB) dalam kumpulan puisinya yang lengkap O Amuk Kapak. Kemunculan penyair SCB tahun 1970-an menggegerkan jagat perpuisian Indonesia. Sajak-sajaknya aneh, unik, lain dari yang pernah ada dalam sastra Indonesia sejak zaman pantun/syair/gurindam sampai zaman Balai Pustaka, Punjangga Baru, Angkatan 45 dan Angkatan 66. Konvensi penulisan puisi yang bertumpu pada kata/bahasa yang melahirkan makna (tergantung pada kata – meminjam istilah A. Teeuw) tidak diindahkan, bahkan dibalik-balik, disungsang, dan dibuntungkan. Aturan ejaaan (yang berkali-kali disempurnakan) dan gramatika bahasa Indonesia dibuat tak berdaya. Sejumlah pengarang memberi sikap sinis, bahkan menolaknya sebagai puisi/sastra.

Di tengah kontroversi kehadiran SCB, tampillah Dami N. Toda di atas panggung kritik sastra Indonesia. Ia memberi apresiasi yang positif terhadap SCB. Ia membedah puisi-puisi SCB yang mirip mantra dengan pisau analisis yang tajam bermodalkan pengetahuan yang luas di bidang ilmu sastra, filsafat, dan mitologi. Dami N. Toda menunjuk dan memperlihatkan ke publik sastra “kebaruan” hasil kreativitas yang dibawakan SCB dalam khazanah sastra Indonesia modern.

Hasil telaahan/pencerahan Dami terhadap puisi-puisi SCB membuka mata publik sastra Indonesia akan pembaruan puisi/penciptaan sastra di Indonesia. Satu-satunya kritikus sastra Indonesia modern, yang paling intens mendalami puisi-puisi SCB dan mempublikasikannya adalah Dami N. Toda. Melambungnya nama SCB menjadi penyair besar Indonesia yang pada 26 Januari 1976 memproklamasikan dirinya sebagai “Presiden Penyair Indonesia,” tidak terlepas dari jasa besar seorang kritikus besar Indonesia yang bernama Dami N. Toda. ***

*) Anggota DPRD NTT 1999-2009
Dijumput dari: http://yohanessehandi.blogspot.com/2011/05/dami-n-toda-sebagai-kritikus-sastra.html

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir