M Shoim Anwar
http://www.infoanda.com/Republika Online
Baru-baru ini Kejaksaan Agung mengeluarkan surat keputusan yang isinya menarik tiga buku pelajaran sejarah karena dinilai mengingkari fakta. Buku-buku tersebut tidak mencantumkan kata “Partai Komunis Indonesia/PKI” untuk peristiwa Pemberontakan Madiun 1948 dan Gerakan 30 September 1965. Buku-buku ini ditulis untuk Kurikulum 2004.
Tahun 2003 yang lalu buku Kaum Merah Menjarah (2001) karya Aminudin Kasdi juga secara diam-diam “ditarik” dari pasaran. Padahal, buku tersebut mengungkap dengan jelas aksi sepihak PKI/BTI di Jawa Timur tahun 1960-1965. Konon, buku ini ditarik karena tidak disukai oleh penguasa saat itu. Sementara, pada pertengahan tahun 1980-an, Nugroho Notosusanto saat menyusun buku sejarah nasional juga pernah mendapat reaksi keras karena dinilai tidak sesuai dengan fakta.
Pada awalnya sejarah adalah fakta. Tetapi, dalam perjalanannya, sejarah dapat berbias menjadi opini. Berbagai kepentingan didesakkan, sehingga pohon sejarah menjadi terlalu rimbun dengan berbagai cabang, ranting, dan dahan semu. Pijakan akar sejarah akhirnya menjadi goyah oleh berbagai tarikan kepentingan. Secara metodologis, mengungkap sejarah kontemporer, termasuk keberadaan PKI, sebenarnya lebih mudah. Tapi, politik dan kekuasaan selalu membelah wajah sejarah.
Penguasa memberi andil terbesar dalam perjalanan wajah sejarah. Tidak heran jika ada yang menyatakan bahwa sejarah adalah milik penguasa. Dengan berbagai motif dan kepentingan, sejarah direkayasa menjadi opini yang tendensius. Peristiwa semacam ini lebih banyak terjadi pada sejarah kontemporer yang para pelakunya masih banyak yang hidup. Mereka memperebutkan citra hero.
Pramoedya Ananta Toer membuat pembelaan dalam buku Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995) untuk diri dan kelompoknya, Lekra, dalam peristiwa G30S/PKI. Sementara itu Taufiq Ismail dan DS Moeljanto dalam buku Prahara Budaya (1995) dan Katastrofi Mendunia (2004) menyodorkan bukti autentik tentang keterlibatan Lekra dalam tragedi sejarah tersebut. Terbitnya buku BJ Habibie, Detik-detik Yang Menentukan (2006) tentang peran Prabowo saat-saat reformasi juga menimbulkan perdebatan perihal sejarah kontemporer.
Peristiwa pemberontakan PKI memang fakta, tapi siapa saja dalang di balik peristiwa tersebut masih sering diperdebatkan. Buku Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai (1989) karya Soegiarso Soerojo, juga pernah menjadi perdebatan panjang. Bahkan, naskah asli Super Semar yang punya kaitan sejarah dengan pemberontakan PKI pun hingga kini tak jelas rimbanya. Akibatnya, opini tentang itu jadi makin melebar. Kepentingan politik telah membelahnya.
Memang, sejak reformasi bergulir, ada fenomena untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan berbangsa, termasuk dalam menyikapi masa lampau. Tetapi, sejarah adalah sejarah. Fakta yang terjadi di masa lampau tidak boleh dibelokkan untuk kepentingan pragmatis. Bagaimanapun, generasi penerus harus mengetahui jejak-jejak kehidupan bangsanya yang terburuk sekali pun. Di beberapa negara lain, dokumen rahasia yang merupakan bagian dari sejarah bahkan boleh diungkap setelah berumur 50 tahun. Artinya, ada tanggung jawab untuk meluruskan jejak sejarah yang mungkin masih buram.
Sejarah adalah bagian dari ilmu sosial yang sulit menemukan kemapanan. Untuk itu, wacana sejarah kontemporer perlu mendapat sandingan sehingga fakta lebih mudah dikukuhkan. Taufiq Ismail, dalam kedua bukunya di atas telah mengumpulkan puisi para aktivis PKI, seperti Kusni Sulang, Wong Tjilik, Subronto K. Atmodjo, Mawie, Sobron Aidit, T Iskandar AS, Setiawan Hs, Virga Belan, Nusananta, Agam Wispi, dan Tobaga. Di antara puisi-puisi mereka ada yang judulnya khas simbol sosialis, seperti Kepalaku Marxis, Diriku Leninis; Leningrad, Penerbangan Malam ke Leningrad, Peking, dan Tafakur kepada Lenin.
Puisi-puisi mereka dengan jelas mengarah pada terjadinya provokasi dan pemberontakan PKI, kebanyakan dimuat koran Bintang Timur yang diredakturi oleh Pramoedya Ananta Toer. Salah satu puisi karya Mawie berjudul Kunanti Bumi Memerah Darah yang ditulis 21 Maret 1965 telah menampakkan citra kekerasan PKI:
bulan arit di langit
cinta dan kasih
bergelimpangan di jalanan
mawar dan wajah
menanti bumi memerah
Melalui teks-teks sastra, sejarah dapat dikuak secara lebih baik. Tulisan-tulisan Pramoedya yang dimuat di koran Bintang Timur telah menjadi bukti tak terbantahkan aliran politik Pram. Teks sastra telah memberikan kesaksian pada zamannya. Itulah sebabnya Umar Kayam sangat tergoda untuk mengangkat peristiwa yang berkaitan dengan pemberontakan PKI ke dalam karya sastranya, seperti cerpen Sri Sumarah, Bawuk, Musim Gugur Kembali di Connecticut (1975), serta novel Para Priyayi (1992) dan Jalan Menikung (2000).
Dalam Para Priyayi, Umar Kayam memberi gambaran prototipe aktivis PKI lewat tokoh Retno Dumilah (Gadis) –anggota Gerwani– yang keras, progresif, sengit, dan suka mengganyang lawan dan organisasi lain. Melalui tokoh ini kita tahu kecenderungan politik PKI yang keras sehingga menyeret tokoh Harimurti dalam keterpengaruhannya. Pada Bawuk, lewat tokoh Hasan dan Bawuk, juga dapat diketahui sepak terjang keorganisasian PKI hingga meletusnya pemberontakan di Madiun. Penggayangan oleh PKI ditulis pula oleh Satyagraha Hoerip lewat cerpen Pada Titik Kulminasi (1966).
Ahmad Tohari lewat novel Kubah (1980), Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Jantera Bianglala (1986) dan Lintang Kemukus Dini Hari (1988) juga merekam peristiwa pemberontakan PKI lewat sisi kemanusiaan. Dalam Kubah terlihat sekali pemikiran dan provokasi tokoh Margo sebagai pengikut PKI yang menyeret tokoh Karman untuk ikut bergabung. Karakter Margo senada dengan Retno Dumilah dan Hasan pada karya Umar Kayam. Mereka adalah motor PKI.
Agak berbeda dengan sejarah, sisi kemanusiaan dalam tokoh sastra mendapatkan perhatian secara lebih utuh. Tokoh-tokoh yang menjadi korban sejarah mendapat penekanan. Tokoh Srintil, dalam tiga novel Ahmad Tohari yang disebut terakhir, adalah contoh figur yang menjadi korban permainan politik PKI, mirip seperti nasib tokoh Karman. Figur-figur yang mengalami keterpengaruhan PKI juga digambarkan Umar Kayam lewat tokoh Sri Sumarah, Bawuk, Harimurti, dan Eko.
Sisi kemanusiaan dalam kaitannya dengan pemberontakan PKI juga ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma lewat novel Kalatidha (2007). Dalam karya Seno ini bahkan dikisahkan hingga kejatuhan Soeharto.
Sastra memang memiliki kaitan erat dengan sejarah dan perpolitikan suatu bangsa. Pemberian hadian nobel sastra, sampai hari ini, masih ada kecenderungan untuk dikaitkan dengan hal tersebut. Itulah sebabnya meski sudah beberapa kali masuk nominator penerima hadiah nobel sastra, sampai akhir hanyatnya Pramoedya belum juga berhasil. Meski karyanya dinilai bagus, Pram juga dinilai memiliki hutang kemanusiaan ketika dia bergerak di dunia politik-kebudayaan yang pernah menindas sesamanya.
Posisi tokoh atau pelaku sejarah dalam kehidupan nyata mungkin akan sering berubah. Politik dan kekuasaan membuat mereka selalu dalam proses ketegangan. Pergantian posisi kawan dan lawan akan terus membelah wajah sejarah. Buku sejarah mungkin masih akan sering berubah. Tetapi, karya sastra yang telah merekam perjalanan wajah sejarah tak akan berubah. Itulah sebabnya, ketika sejarah terbelah, sastra akan jadi perekatnya.
*) Sastrawan dan pengajar sastra.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar