Senin, 22 November 2010

Merayakan Chairil, Mengenang Pram

Umar Fauzi
http://www.surabayapost.co.id/

Seperti berbagai pengultusan peringatan hari-hari besar atau hari bersejarah lainnya, kesusastraan Indonesia juga tidak luput dari tradisi tersebut. Bulan sastra atau oleh Sapardi Djoko Damono disebut sebagai hari sastra itu, jatuh pada bulan April, tepatnya pada tanggal 28 April. Peringatan ini “sekaligus” untuk mengenang sang maestro sastrawan Indonesia Chairil Anwar. Dengan perkataan lain, nama besar Chairil dijadikan momentum sebagai hari Sastra Indonesia. Pada bulan ini diselenggarakan oleh berbagai pihak baik komunitas sastra maupun lembaga pendidikan berbagai macam kegiatan kesusastraan.

Diantara penyelenggaraan atas pengultusan Chairil Anwar itu diantaranya penganugrahan sastra yang pernah diadakan Dewan Kesenian Jakarta, yaitu Anugerah Sastra Chairil Anwar yang kali pertama diberikan kepada Mochtar Lubis (1992) dan kali kedua kepada Sutardji Calzoum Bahri (1998); di Surabaya cikal bakal perhelatan tahunan Festival Seni Surabaya (FSS) sejak 1996, dulunya pernah diselenggarakan menggunakan nama Pekan Seni Chairil Anwar pada tahun 1994.

Tidak ada data pasti mengenai penegasan dibalik jatuhnya bulan sastra pada bulan April. Yang diketahui hanyalah sosok Chairil Anwar menjadi momentum dan pijakan awalnya. Perayaaan bulan April yang pada mulanya untuk mengenang kematian Chairil, tiba-tiba dikultuskan sebagai bulan sastra. Jadi antara mengenang Chairil dan bulan sastra merupakan rangkaian tradisi yang diselenggarakan setiap tahun, kemudian menjadi sebuah budaya baru yang “menetapkan” bahwa April sebagai bulan sastra Indonesia.

Pengultusan sosok Chairil dalam sejarah sastra Indonesia tidak dapat terlepas dari pembaharuan radikal yang ia lakukan dalam bidang puisi. “jika Amir Hamzah merevolusi bahasa lama menjadi baru, Chairil Anwar membawa individualisme yang merevolusikan secara total seluruh aspek penciptaan. Jika dianalisis secara struktur.” demikian ditulis Korrie Layun Rampan (2000). Karena itu, nama Chairil selalu dibawa kemana-mana dalam buku-buku kesusastraan Indonesia, baik buku pelajaran sekolah untuk konsumsi para pelajar maupun buku-buku tentang kajian kesusastraan.

Budaya itu telah menghegemoni nama besar Chairil, dalam diri setiap warga Indonesia. Mungkin inilah ramalan yang benar-benar telah terjadi yang pernah ia utarakan kepada istrinya bahwa kalau kelak ia meninggal, anak-anak sekolah akan berziarah ke kuburnya menabur bunga. Terbukti saat ini banyak anak-anak sekolah menghafal puisi-puisinya, terutama puisi Aku. Terlepas dari kepribadiaanya yang amoral, sampai saat ini ia masih dikenang mungkin sampai kelak hari kiamat menjelang.

Takdir dan Keberkahan di Bulan April

Disisi lain, bulan April tidak hanya dirayakan sebagai bulan sastra, namun juga ada perayaan lain yakni hari Kartini, hari bumi, hari baca internasional, dan bulan pendidikan Serta satu lagi yang perlu kiranya Indonesia kenang, yakni kebesaran nama Pramoedya Ananta Toer yang bulan ini merupakan satu tahun meninggalnya beliau, sejak menghadap Sang Pencipta 30 April 2006 yang lalu.

Kematian bung Pram pada bulan April –dua hari setelah hari sastra Chairil Anwar– tidak lain hanyalah takdir yang telah dituliskan Allah. Mungkin juga sebuah pernyataan takdir bahwa pada bulan April ini Indonesia diajak untuk mengenang Kartini, Chairil Anwar dan Pramoedia Ananta Toer: mengenang pengorbanan beliau-beliau bagi Indonesia. Juga suratan takdir bahwa bulan April ini memang merupakan bulan Sastra yang harus diperingati bersama.

Memang tidak semua masyarakat Indonesia mendewakan nama Chairil Anwar yang amoral, begitu juga mengultuskan nama Pram yang dikenal berperawakan keras. Apalagi bagi korban-korban kebinalan Lekra yang mungkin sampai saat ini belum bisa melupakan trauma prahara budaya (meminjam istilah judul buku yang ditulis Taufik Ismail dan Moeljanto) 1960-an, terutama golongan Manifesto Kebudayaan. Namun sebagaimana Chairil Anwar yang selalu dikenang setiap tahun, di bulan April ini seyogyanya Indonesia juga tidak melupakan Pram yang telah menyumbangkan khasanah kesusastran Indonesia dalam sastra dunia.

Dengan tidak bermaksud mencocok-cocokkan kenyataan takdir kedua sastrawan yang mewakili dua genre tersebut, tampaknya Tuhan telah menakdirkan keberkahan bulan April sebagai bulan sastra bagi Indonesia. Bukan bermula dari tradisi atas peringatan Chairil Anwar yang menjadi tradisi bulan sastra. Akan tetapi perlu pernyataan dan deklarasi bersama untuk menyatukan sikap.

Kutub Kehidupan dan Kutub Kematian

Riwayat hidup Chairil Anwar dan Pram dapat digolongkan dalam satu periode angkatan 45. Keduanya pernah bertemu saat menyusun Surat Kepercayaan Gelanggang untuk merumuskan sikap kebudayaaan mereka, yang dikemudian hari Pram sendiri tidak menyetujui rumusan tersebut. Dan memilih konsepsi kebudayaan sendiri yakni, realisme sosialis dengan humanisme proletat bukan humanisme universal seperti yang ia anggap terdapat dalam Surat Kepercayaan Gelanggang.

Bila diperhatikan dengan seksama tampak beberapa perbedaan dan persamaan antara mereka. Walau Chairil sendiri telah “mendahului” Pram. Setidaknya yang dapat diamati secara pribadi adalah mereka sama-sama perokok berat. Chairil anwar telah menjadi ikon dengan rokoknya, begitu pula halnya dengan Pram.

Namun disisi lain mereka memeperlihatkan perbedaan jauh, terutama dari lapangan hidup mereka; kesusastraan. Secara garis besar mereka mewakili dua genre berbeda. Chairil dengan puisinya dan Pram dengan prosanya –walau ia pun pernah menulis puisi. Mungkin karena dua genre ini takdir mereka juga berbeda: puisi yang lebih padat dan pendek seolah-olah menjadi penanda bahwa Chairil berumur pendek (meninggal di usia 27 tahun). Dan prosa yang panjang seolah-olah menandakan kehidupan Pram yang dianugrahi berumur panjang (meninggal di usia 82 tahun).

Begitu pula yang tercermin dari apa yang mereka tulis. Banyak karya-karya Chairil yang bertemakan kematian termasuk juga ia suka menerjemahkan puisi-puisi tentang kematian. Sebaliknya Pram, lebih berbicara tentang “kehidupan” dalam karya-karyanya; beserta pernak-pernik tragedi di dalamnya.

Konsepsi kebudayaan mereka pun merupakan sebuah perbincangan hangat. Disaat Chairil Anwar telah mangkat, ia juga tidak lepas dari seretan gerakan politik 1960-an. Karena itu ada beberapa kalangan menolak 28 April sebagai hari sastra, karena kepenyairan Chairil Anwar dianggap bertentangan dengan faham sosialisme. Disitulah sebenarnya letak keberagaman yang dihadirkan di bulan April. Mereka merupakan canon sastra Indonesia yang mewakili oposisi biner atas kehidupan di dunia itu sendiri; kematian dan kehidupan.

Mengenang mereka adalah mengenang hasil pemikiran mereka; amanat-amanat yang selalu diperoleh manakala mendeklamasikan sajak-sajak Chairil Anwar –yang sampai saat ini masih menjadi tradisi– maupun mempelajari cita-cita seperti yang terdapat dalam buku-buku Pram. Yaitu keindonesiaan yang produktif dan kreatif.
Selamat bulan sastra Indonesia!

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir