Kamis, 07 Oktober 2010

Horison pulang ke balai budaya

Liston P. Siregar
http://majalah.tempointeraktif.com/

TERNYATA Horison baru hanya berumur satu edisi. Tiga hari setelah acara peluncurannya di Perpustakaan Nasional, Jakarta, majalah sastra itu harus kembali ke pengasuhnya yang lama. Rapat Yayasan Indonesia, pemegang SIUPP Horison, Rabu 14 Juli lalu secara sepihak membatalkan kerja sama dengan pengelola baru, PT Grafiti Pers.

Dipersiapkan dengan kecepatan tinggi oleh tim redaksi baru, Horison sempat tampil beda bulan Juli ini, sebagai majalah sastra dan seni bukan cuma sastra. Dan pemasarannya pun ditangani dengan sungguh-sungguh oleh Sigit Pramono dari bagian pemasaran Majalah TEMPO.

Dalam Horison yang terbit 64 halaman itu di dalamnya dicantumkan formulir langganan. Sejumlah Formulir itu sudah sempat kembali juga sejumlah naskah sudah sempat dipertimbangkan oleh tim redaksi yang baru. Tapi karena ada anggota Yayasan Indonesia yang tampaknya berubah sikap, semuanya berantakan. Itu disesalkan Arief Budiman, salah seorang pendiri Yayasan Indonesia.

Ia tak menemukan alasan penting di balik pembatalan itu. ”Saya sangat kecewa, perkembangan kehidupan sastra dihambat oleh kendala yang tidak berhubungan dengan sastra,” katanya. Memang, sampai 14 Juli itu, ”belum ada naskah kerja sama yang ditandatangani,” kata Taufiq Ismail seusai rapat Yayasan Indonesia di Balai Budaya.

Taufiq, anggota Badan Pendiri Yayasan Indonesia, diminta oleh Mochtar Lubis untuk menjawab pertanyaan wartawan Ibu Kota yang menunggu hasil rapat Yayasan itu. Kalau Horison baru sempat terbit, menurut Taufiq, ”karena niat baik dari pihak masing-masing. Selagi konsep kerja sama disusun, pengelola baru sudah mempersiapkan penerbitan.”

Taufiq, yang termasuk salah seorang pendiri Yayasan Indonesia, benar. Awalnya adalah niat baik. Rapat Yayasan Indonesia bulan Februari 1992 menyadari bahwa Horison kekurangan dana. Secara bergurau, kabarnya, Hamsad Rangkuti mengusulkan, bagaimana kalau ada dana dari Yayasan SDSB, pembikin lotere nasional itu. Tapi usul Hamsad kemudian terlupakan.

Yang disepakati, pokoknya Yayasan membuka diri masuknya modal baru. Untuk itu, pihak Yayasan rela bertoleransi untuk membagi Horison menjadi 50% sastra dan 50% hiburan. Lalu, untuk memperbaiki tiras Horison disebut-sebut pemasarannya akan diserahkan ke Goenawan Mohamad, salah seorang direktur PT Grafiti Pers, bila ia bersedia. Ini kalau ternyata pihak PT Gramedia, pemasaran lama, tak sanggup lagi memasarkan majalah sastra ini.

Hal ini disinggung dalam rapat, konon, karena Mochtar Lubis anggota Yayasan Obor yang menerbitkan buku-buku tertentu mendapat kabar bahwa Gramedia tak sanggup mengedarkan buku terbitan Obor. Nah, kalau soal buku tak lagi disanggupi, bisa jadi pemasaran Horison bisa telantar.

Tapi rupanya keputusan rapat tak segera dilaksanakan. Barulah, pada bulan Januari 1993, tiga wakil yayasan, yaitu Mochtar Lubis, Ali Audah, dan Hamsad Rangkuti, bertandang ke kantor PT Grafiti Pers untuk menawarkan pengelolaan itu. Goenawan tak hanya bersedia menangani pemasarannya, tapi juga siap menyediakan tenaga baru pengelolanya.

Dan yang sangat melegakan Mochtar Lubis, Goenawan menolak tawaran menjadikan Horison 50% sastra dan 50% hiburan. ”Kami mau 100% sastra,” kata Goenawan. Dari pihak PT Grafiti Pers, tak banyak persyaratan yang diminta. Goenawan hanya ingin kemandirian redaksi.

Usulan pembagian saham 51% untuk Yayasan Indonesia dan 49% untuk PT Grafiti Pers yang sempat dibahas dalam rapat Yayasan, tak disinggung-singgung. ”TEMPO sama sekali tidak berniat mengambil untung dari usaha ini,” tulis Goenawan dalam surat tanggal 3 Maret 1993 kepada Yayasan Indonesia. Jika ada surplus pendapatan, uang itu disiapkan untuk pengembangan Horison.

Dan dalam pertemuan lanjutan antara Yayasan dan Grafiti, 16 Maret, pihak Grafiti Pers menyatakan hanya akan menarik dua redaksi lama, yakni Sapardi Djoko Damono dan Sutardji Calzoum Bachri. Ini disetujui oleh Aristides Katoppo dan Ali Audah, yang hadir mewakili Yayasan Indonesia, dan keduanya menyatakan akan membawa usulan itu ke rapat Yayasan. Adapun soal kemandirian redaksi baru, dikompromikan, tiap tiga bulan sekali diadakan pertemuan antara pengelola baru dan pihak Yayasan Indonesia untuk mengevaluasi kerja tim baru. Dan disepakati pengelolaan baru akan berjalan setahun dulu.

Setelah setahun, diadakan penilaian total, dan terbuka bagi pihak masing-masing untuk menarik kesepakatan semula. ”Itu mekanisme kontrol yang efektif. Jika redaksi baru dianggap nyeleweng, kerja sama dibatalkan,” kata Arief. Sedangkan pihak PT Grafiti Pers bisa saja mengembalikan Horison ke Yayasan Indonesia bila, misalnya, tak lagi punya dana.

Ini semua dimungkinkan karena SIUPP tetap berada di tangan Yayasan Indonesia. Dan soal keuntungan, ”bila ada surplus dari hasil usaha, itu akan digunakan untuk pengembangan Horison.” Dalam rapat Yayasan Indonesia tanggal 15 April dihadiri juga oleh Goenawan Mohamad ide-ide dari rapat 16 Maret dimuluskan. Pemimpin Redaksi Horison, Hamsad Rangkuti, siap mundur dengan kompensasi Rp 10 juta. Disepakati, tim redaksi baru hanya menyertakan dua redaksi lama, yakni Sapardi Djoko Damono dan Sutardji Calzoum Bachri.

Redaksi yang lain, Taufiq Ismail dan H.B. Jassin, dianggap sebagai ”orang dalam”, jadi tak disertakan. Tapi Sutardji Calzoum Bachri, yang semula bersedia masuk, lalu mengundurkan diri. Yang menarik, dalam rapat tanggal 15 April itu, menurut notulen yang dibuat oleh Hamsad Rangkuti, disebutkan, ”Rapat menanyakan kalau nanti TEMPO sukses menangani Horison, Yayasan ingin juga mendapat bagian dari keuntungan untuk kegiatan yang lain.”

Tapi dalam kesimpulan keputusan rapat, ada 17 butir, pada butir ke-16 ditulis dalam notulen itu juga ”Bila ada keuntungan … keuntungan akan diserahkan ke Yayasan Indonesia.” Catatan ini mengambang, berapa keuntungan mesti dibagikan? Semua, sebagian, separuh, tak jelas. Tapi hanya menurut kalimat itu, mestinya dimaksudkan semua keuntungan diserahkan ke Yayasan.

Tampaknya semua melupakan kesepakatan hal ”keuntungan” itu. Mungkin karena tak dianggap penting, dan memang menurut pengalaman, majalah jenis ini susah mendapatkan pasar dan iklan. Maka, dalam konsep perjanjian yang dibuat PT Grafiti, soal keuntungan disebutkan ”… keuntungan … akan digunakan oleh Grafiti untuk pengembangan lebih lanjut dari Majalah dalam bentuk kegiatan kebudayaan.”

Lalu, konsep tersebut direvisi pihak Yayasan, tanggal 22 Juni, di rumah Mochtar Lubis, dihadiri oleh Ali Audah dan Hamsad. Rupanya, keputusan rapat yang lalu-lalu tak ditengok lagi oleh kedua belah pihak. Maka, menurut surat Hamsad di harian Kompas, 15 Juli, pihak Yayasan mengoreksi konsep dalam hal keuntungan itu menjadi 40% untuk Yayasan, 60% untuk Horison.

Notulen rapat Yayasan tanggal 15 April tampaknya tak dianggap. Pihak Grafiti mungkin lupa, pihak Yayasan tak meng- ingatkannya. Maka, Goenawan menolak revisi konsep dalam soal keuntungan itu. Ini disampaikan ke Hamsad lewat telepon, 26 Juni. Tanggal 30 Juni keduanya bertemu lagi, dan tetap tak ada kesepakatan. Sialnya, pembicaraan Goenawan dan Hamsad meletikkan kesalahpahaman, yang berkembang tak enak.

Goenawan menganggap pembicaraannya dengan Hamsad sekadar lobi, sebelum ide itu diputuskan resmi oleh rapat Direksi PT Grafiti Pers. Dan keputusan Grafiti berbunyi: ”Bilamana ada keuntungan, pembagiannya akan ditentukan bersama oleh pihak pengelola dan pengurus Yayasan Indonesia.”

Hal itu membuat Mochtar Lubis, menurut surat Hamsad di Kompas, memutuskan untuk membatalkan kerja sama. Dan keputusan yang disampaikan dengan surat berkop ”Majalah Sastra Horison” yang ditulis oleh Hamsad sebagai pemimpin redaksi, dan disetujui oleh Mochtar Lubis, yang tak mencantumkan ia sebagai Pemipin Umum Horison atau sebagai Ketua Yayasan, disampaikan ke Goenawan tanggal 6 Juni.

Surat jawaban Goenawan akhirnya menyatakan tak keberatan usulan 40 : 60 itu bila memang itu usulan Yayasan, bahkan pihak PT Grafiti Pers ”tak keberatan… pihak Yayasan Indonesia mengambil 100% atau seluruh laba yang didapat ….” Tapi surat ini tak ada gunanya. Rapat anggota Yayasan 14 Juli lalu mengakhiri sebuah awal niat baik semua pihak.

24 JULI 1993

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir