Kamis, 25 Maret 2010

Di Balik Penerbitan Buku Sastra Swadaya

Adek Alwi
http://www.suarakarya-online.com/

BULAN-bulan terakhir saya menerima beberapa antologi cerpen dan puisi. Buku-buku itu tak cuma karya pengarang/penyair yang tinggal di Ibu Kota dan terbit di Jakarta, akan tetapi juga karya pengarang/penyair yang berdomisili di daerah, dan diterbitkan di daerah.

Dari Jakarta, saya terima antologi cerpen Papirus, berisi cerpen 24 mahasiswa/i Jurusan Teknik Grafika & Penerbitan Politeknik Universitas Indonesia. Lantas kumpulan puisi Di Antara Kita karya Salimi Ahmad; Antologi 20 Penyair yang berisi puisi 20 penyair usia 50-60 tahun; kumpulan cerpen Tina K Laki-laki Beroma Rempah-Rempah yang diterbitkan Kutubuku (milik Kurniawan Junaedhie, yang juga menerbitkan antologi cerpen saya, Nasihat-nasihat Cinta); dan Cerpen Kompas Pilihan 2008 Smokol yang memuat 15 cerpen dari 15 pengarang.

Dari daerah, ada antologi puisi Redi Lawu, memuat sajak-sajak 19 penyair yang tinggal di sekitar Gunung Lawu, diantaranya Beni Setia (Caruban), Hardho Sayoko SPB, Kusprihyanto Namma, Tjahjono Widarmanto, Tjahjono Widijanto (Ngawi), Jo Pakagula (Karanganyar), UE Wriasasmita (Ponorogo), juga Danarto (berdomisili di Jakarta lahir di Klaten). Lalu antologi cerpen Mimpi Jelang Pemilu berisi 10 cerpen dari 10 pengarang, yaitu Andi Dwi Handoko, Atmo Kanjeng, Dian Hartati, Gatot Prakosa, Gusmel Riyadh, Indrian Koto, Joko Purwanto/Jo Pakagula, Kusprihyanto Namma, Titik Andarwati, serta Yuditeha.

Selain buku-buku itu, saya percaya, tentu banyak lagi karya sastra terbit di paruh pertama 2009 dan tidak semua diterbitkan penerbit profesional. Buku-buku tadi misalnya, cuma Laki-laki Beraroma Rempah-rempah, Antologi 20 Penyair, dan Smokol yang terbit lewat penerbit benaran. Lainnya diterbitkan sendiri oleh para sastrawan, dibiaya sendiri atau patungan ramai-ramai, ataupun didanai sponsor tak mengikat.

Dan, bagi saya itu menarik, menggirangkan, mengharukan. Pertama, sebab hal itu melihatkan kehidupan sastra tetap ajek, bergairah, di Ibu Kota dan daerah. Frekuensinya tidak turun oleh aktivitas politik terkait pileg-pilpres, konsentrasi media cetak/ elektronik yang dijejali berita politik, cuapan pakar yang bak pengamat sepak bola. Di mata saya, itu sekaligus melihatkan buramnya visi media, lantaran lupa melihat manfaat yang disimpan sastra; pembangunan manusia dengan menyuburkan apa yang ada di dalam dada.

Tapi, itu pun tak aneh. Di zaman Orde Baru manusia Indonesia dibiasakan supaya pragmatis saja, berorientasi raga, sehingga jangan pula pelaku pers muda usia (lahir pada masa Orde Baru), elit politik/kekuasaan pun tidak akrab dengan kebudayaan, seni, sastra. Lain dengan pemimpin Indonesia tempo lalu (founding fathers); Sjahrir, Sukarno, banyak lagi, termasuk nama-nama yang bisa kita ikuti di Polemik Kebudayaan tahun 1930-an.

Para pelaku sastra sadar betul hal itu. Jauh dari berkecil hati, mereka justru terus berkarya; tulis puisi, cerpen, novel, galang dana lantas terbitkan sendiri atau ramai-ramai. Langkah ini ditempuh karena saat ini penerbit pun berorientasi laba melulu. Laba penting bagi penerbit. Tetapi kalau laba sama sekali meniadakan idealisme (sampai menerapkan subsidi silang buku yang bisa raup untung dan yang kurang pun tak sudi), maka tertutup pintu bagi buku puisi untuk diterbitkan. Itu yang kini terjadi, seperti jarum dalam jerami penerbit yang mau menerbitkan buku-buku puisi.

Nah, para sastrawan/penyair sisihkan penghasilan (sebagai guru, wartawan, dosen dll), atau cari donatur yang masih melek melihat makna di balik sajak, lalu terbitkan buku puisi. Buku itu dibagi-bagi gratis pada khalayak, karena mungkin hanya 99 koma sekian persen saja manusia Indonesia yang sadar guna puisi.

Proses terus berkarya itu, jelas tak sebatas ekspresi belaka. Dan menerbitkan buku sastra lalu membaginya secara gratis, jelas pula bukan didasari ingin populer. Keduanya dilandasi makna itu tadi: karena sastra berdampak pada pertumbuhan jiwa, menggetarkan dada, menggetarkan rasa.

Dada yang tidak mudah lagi bergetar, atau keringnya rasa, adalah persoalan gawat bangsa kita dewasa ini. Di kota-kota besar macam Jakarta, orang kini tak merasa apa-apa dengan kemewahan melimpah-ruah, sedang orang lain (yang tidak lain saudara sebangsa) buat makan apalagi untuk bersekolah, susah. Orang pun senyum terus di televisi, padahal jelas-jelas dia divonis korupsi, merampok uang negara, uang rakyat yang kini nestapa. Banyak lagi hal aneh, ganjil, mencemaskan, akibat jiwa yang tidak bisa lagi bergetar, rasa yang makin hari hilang dari dada.

Kedua, yang bikin saya girang sekaligus haru melihat beterbitannya antologi puisi dan cerpen dibiayai sendiri atau disponsori (akibat penerbit ogah sebab tak hasilkan laba), hal itu tidak saja terjadi di Ibu Kota, tapi juga di daerah-daerah. Malah, daerah tampaknya lebih bergairah, lebih ikhlas, misalnya sastrawan-sastrawan di lereng Gunung Lawu tadi. Di Ngawi, mukim Kusprihyanto Namma yang dulu aktif meneriakkan revitalisasi sastra pedalaman, dan hingga kini tampaknya tidak putus dengan menerbitkan buku-buku sastra berswadaya.

Ngawi, Caruban, di catatan saya memang telah tertera dengan bulatan merah di peta sastra Indonesia, seperti juga Payakumbuh, ataupun beberapa kota/daerah lainnya. Tahun 1970-an lebih-lebih sebelumnya, kota-kota seperti Ngawi, Caruban, Payakumbuh, belum terlihat di peta sastra Tanah Air. Para sastrawan di Nangroe Aceh Darussalam, dan Depok yang sepelemparan batu dari Jakarta, dari buku-buku mereka yang saya terima pada 2008, juga terlihat melakukan hal serupa. Menerbitkan buku sastra, sajak/cerpen, didanai sponsor, bagi-bagikan gratis.

Saya sendiri di Ibu Kota sudah dua kali melakukan itu. Pertama November 2008, untuk kumpulan cerpen Suara Rimba, disponsori pihak Departemen Kehutanan. Kedua, Agustus 2009, untuk kumpulan cerpen Rumah Yang Bercahaya dengan 6 sponsor: Bank BTN, PT Belaputra Intiland, PT Arwana Citamulia Tbk, Bapertarum-PNS, Perum Perumnas, DPP REI. Buku-buku itu dihadiahkan sponsor kepada relasi. Saya sendiri membagikan buku-buku itu ke berbagai pihak; teman-teman, relasi, perpustakaan, media massa, pejabat, rupa-rupa lembaga, dan sebagainya. Langkah itu akan saya tempuh terus sejauh penerbit profesional berorientasi laba melulu, tidak sudi kasih subsidi silang untuk buku-buku sastra.

Ada beberapa manfaat saya rasakan dengan langkah di atas. Pertama, karya-karya saya, yang selama ini bertaburan di berbagai media massa, terdokumentasi dalam wujud buku. Kedua, banyak-sedikit tentu saya dapat duit; bahkan berkali lipat dari royalti kalau buku itu ditangani penerbit. Ketiga, jalan ini akan merapatkan jarak antara pihak sponsor dan karya sastra (dan ini penting sekali, menurut saya). Keempat (kiranya ini tidak kalah penting dari yang ketiga), karya sastra saya dapat tersebar ke berbagai pihak, melalui sponsor dan saya. Moga-moga saja mereka yang kebagian serta membacanya (khususnya mereka yang selama ini masih awam sastra) bisa memetik manfaat yang dikandung karya sastra tadi, yaitu menyuburkan rasa, menghalangi kematian getar dalam dada.

*) Pengarang, wartawan, dan dosen.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir