Senin, 04 Mei 2009

Heroisme yang Menipis

Wishnubroto Widarso
http://www.bernas.co.id/

GAUNG perayaan ulang tahun ke-63 Kemerdekaan kita masih terasa. Baru beberapa hari berlalu. Seperti biasa, ada sederet lomba meriah, baik bagi anak?anak, remaja maupun orang tua; baik yang melibatkan otot (semacam lomba lari suami menggendong istri) maupun yang sedikit memerlukan cita rasa seni (semacam lomba nyanyi karaoke); baik yang berhadiah “hanya” seperangkat alat tulis maupun pesawat TV. Pendeknya, dari segi seru dan hebohnya, perayaan 17?an makin hari makin meningkat.

Tapi perayaan kemerdekaan mestinya bukan hanya soal “seru”, “heboh”, dan semacamnya. Mestinya perayaan kemerdekaan adalah terutama soal memahami sejarah nasional secara utuh (tidak hanya satu faset saja), menghargai perjuangan para founding fathers and mothers, tidak saja yang mempunyai nama besar dan bersinar tapi juga yang tak dikenal atau terpinggirkan, dan soal meneladani perjuangan para perintis negeri ini. Sayangnya dalam soal?soal ini kita lemah.

Mana heroisme itu?

Mendekati ulang tahun Kemerdekaan 17 Agustus setiap tahun sering ditulis dalam media cetak dan ditayangkan di layar kaca perjuangan “orang?orang besar” semacam Soekarno?Hatta?Syahrir. Sepak terjang “raksasa?raksasa” itu diulas lagi, tempat?tempat di mana mereka pernah diasingkan ditampilkan lagi, sering dengan bumbu keprihatinan karena pemerintah sekarang kurang care, kurang nguri?uri tempat?tempat bersejarah itu. Juga buku?buku tentang mereka atau yang mereka tulis sendiri dicetak atau dibahas ulang. Itu semua baik. Tapi bagaimana dengan “orang?orang kecil” yang juga ikut berjuang, yang juga ikut “sakit dalam melahirkan” republik ini? Mereka seolah tidak ada atau perannya dianggap tidak penting.

“Orang?orang kecil” yang dimaksud adalah, pinjam istilahnya Romo Mangun, “simbok?simbok dan pak?abang desa.” Dari tulisan beliau yang berjudul Sejarah dan Sejarah yang dipublikasikan hampir 30 tahun lalu itu kita tahu bahwa peran para petani kecil dan miskin di desa?desa tak kalah pentingnya dengan peran para pejuang yang memanggul senjata. Para pejuang yang berkelana di desa?desa atau hutan?hutan karena dikejar?kejar tentara Belanda biasanya dihidupi oleh para petani kecil dan miskin itu, sering tidak hanya satu?dua hari saja tapi sampai berminggu?minggu!

Jika ada sandiwara yang dipentaskan dalam acara perayaan kemerdekaan, baik di panggung?panggung kampung maupun di televisi, biasanya yang ditampilkan adalah tentara Belanda yang bicara Bahasa Melayu dengan kacau yang berperang melawan pejuang Indonesia yang bersenjata dan pakaiannya berlumur darah. Begitu dari tahun ke tahun. Sungguh klise. Kepahlawanan “orang biasa” semacam simbok dan pak tani miskin atau orang?orang kampung biasa yang sering jadi sasaran amuk para tentara Belanda karena gagal menangkap para pejuang bersenjata yang sudah terlanjur kabur, jarang atau hampir tak pernah ditampilkan, apalagi didudukkan dalam posisi yang semestinya.

Jika Anda tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Romo Mangun akan peran penting para simbok dan pak tani (atau: “orang biasa”), silakan baca karya?karya sastra yang bercerita tentang perjuangan di tahun 1945 (dan beberapa tahun sesudahnya). Cerita?cerita yang dapat menyadarkan kita akan betapa sakitnya, betapa menderitanya kakek?nenek kita dalam “melahirkan” republik kita tercinta ini, antara lain dapat dibaca dalam kumpulan cerita pendek berjudul Hujan Kepagian dan Tiga Kota karya Noegroho Notosoesanto, Laki?Laki dan Mesiu karya Trisno-yuwono, atau Daerah Tidak Bertuan karya Toha Mohtar.

Sayang, karya?karya seperti ini makin lama makin asing, bahkan dalam dunia pendidikan sekalipun. Apalagi di dunia umum. Karya?karya semacam itu sekarang sudah menduduki rak?rak berdebu dalam gedung perpustakaan dan pojok?pojok remang dalam ingatan orang?orang sekolahan. Sungguh memprihatinkan!

Peran internet

Dewasa ini komputer dengan akses ke internet sedang menjadi primadona. Tidak saja para pelaku bisnis yang getol memanfaatkannya, tapi juga para guru?dosen dan siswa?mahasiswa. Alangkah baiknya kalau “demam internet” ini juga dimanfaatkan untuk membeberkan perjuangan dan peran “orang kecil” dalam meraih kemerdekaan kita. Saya tidak tahu persis apakah ada situs di internet tentang para “pahlawan yang dilupakan” ini. Kalau sudah ada, bagus. Tinggal dipromosikan agar lebih banyak orang mengaksesnya.

Kalau belum, sudah saatnya dibuat situs semacam ini yang akan memuat feature para veteran yang tidak dikenal dan hidupnya memprihatinkan dan peta desa?desa di mana dulu para gerilyawan dari kota atau pejuang bersenjata kita mondok di rumah?rumah simbok dan pak tani selama berminggu?minggu, menikmati kudapan dan penginapan nan gratis. Sudah saatnya karya?karya sastra heroik yang menceritakan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan di sekitar tahun 1945 ditampilkan lagi di situs?situs yang dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional atau oleh orang?orang yang mampu menggunakan teknologi internet sekaligus peduli pada peran penting “orang?orang kecil” dari desa dan kampung itu.

Menipis dan luntur

Jika kita tidak segera melengkapi faset sejarah kita dengan menampilkan peran orang?orang kecil atau biasa yang sekarang (hampir) terlupakan, generasi mendatang tidak akan tahu bahwa kemerdekaan yang kita capai 63 tahun lalu itu betapa mahal harganya. Bahwa berlaksa nyawa dan berbelanga darah para pejuang, baik yang bersenjata maupun yang tak bersenjata, tercecer?cecer sepanjang jalan menuju ke kemerdekaan, tak akan diketahui oleh generasi yang akan datang.

Mereka akan mengira kemerdekaan itu jatuh dari langit atau hadiah?atas?dasar?belas-kasihan penjajah kepada bangsa kita. Heroisme mereka akan menipis dan akhirnya luntur sama sekali. Mereka lalu tak mau peduli apakah bangsa ini akan lestari atau lampus. Mereka tak akan peduli apakah bangsa ini berprestasi atau miskin kreasi di era mendatang dan tersisih oleh bangsa lain yang bahkan serumpun. Heroisme kita semua harus ditumbuhkan lagi. ***

*) Penulis nonfiksi dan dosen ABA St. Pignatelli, Solo

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir