Jumat, 27 Maret 2009

TEROR

AS. Sumbawi
 
Dua puluh tahun yang lalu, aku dilahirkan oleh seorang yang kukenal sebagai ibu. Ibuku seorang perempuan. Akan tetapi, hingga saat ini, belum pernah terjadi percakapan tentang seorang perempuan di antara kami. Padahal, aku sudah bukan kanak-kanak lagi, melainkan seorang laki-laki. Barangkali karena tinggal jauh dari rumah, aku jadi jarang bertemu dan berbicara dengannya. Hanya sekali dalam sebulan, dan itupun lewat telepon.
 
Ketika di rumah, aku sering membantu ibu memasak. Mencuci piring, mengiris bawang, menggoreng tempe dan sebagainya, sambil mengadakan percakapan yang cukup panjang. Sekali lagi, tidak tentang seorang perempuan. Meskipun begitu, aku serasa mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayangnya. Namun, kadang aku mengeluh. Kenapa ibu tak pernah bertanya tentang seorang perempuan? Ya, aku sudah lama menunggu pertanyaan itu, dan aku laki-laki.
 
Pernah beberapa kali aku mendapat telepon dari seorang teman perempuan dan kebetulan ibu yang mengangkatnya. Kemudian. “Awik, ada telepon untukmu,” katanya. Hanya itu. Aku ingin sekali ibu berkata, siapa gadis itu? Atau bahkan, kekasihmukah gadis itu? sembari tersenyum menggodaku. Namun, tidak.
 
Suatu hari aku mencoba menerapkan suatu strategi agar keluar pertanyaan dari bibir ibu. Aku meminta ibu bercerita tentang kisah waktu muda dulu. Kisah pertemuannya dengan ayah. Dan dikabulkan. Kemudian ia mulai bernostalgia melalui ceritanya. Kuamati wajah ibu. Suka-duka silih-menyilih menghias di sana. Kadang ia termenung sejenak. Sementara aku mendengarkannya dengan penuh perhatian dan tersenyum-senyum. Namun, tetap saja. Tak keluar juga pertanyaan tentang seorang perempuan padaku. Hingga kini, aku mengenal sosok perempuan dari sumber lain; yaitu teman-temanku dan buku bacaan.
 
Aku punya banyak teman perempuan. Suatu kali kukoordinir mereka. Kupinta bantuan mereka untuk melancarkan sebuah strategi baru. Pada hari H dan pukul P, aku meminta kurang lebih sepuluh perempuan, temanku, untuk meneleponku di rumah selama tiga hari berturut-turut. Tentu saja, setiap hari ada sepuluh panggilan telepon untukku. Semuanya dari perempuan. Dan ibulah yang paling banyak menerima telepon itu, karena waktu yang sengaja kupilih adalah pada saat di mana sinetron menjadi program unggulan stasiun televisi. Ia terganggu, tak bisa konsentrasi, bolak-balik memanggilku.
Sebenarnya aku tak tega berbuat hal tersebut pada ibuku. Mungkin aku akan dicap sebagai anak durhaka. Tapi, aku butuh percakapan itu. Dan kuulangi sekali lagi, aku laki-laki dewasa.
 
Serangan telepon itu agaknya berpengaruh pada ibu. Ia sering berlama-lama memperhatikanku. Entah, apa yang ada di benaknya. Kadang-kadang pada saat menerima telepon itu, aku sedikit nakal. Bersikap mesra untuk mencuri perhatiannya. Tapi, bisa diduga. Ia tak bertanya tentang perempuan-perempuan itu. Aku menganggap bahwa itu memang sudah menjadi gayanya.
*
 
Suatu ketika aku berkenalan kemudian menjalin kasih dengan seorang perempuan. Ia bernama Maria Shofia. Pada awalnya, hubunganku dengannya begitu indah. Namun, masalah pun datang juga. Maria ingin aku memperkenalkan dirinya pada orang tuaku di rumah. Sebenarnya, ini tak terlalu pelik buatku. Tapi, aku belum pernah bercakap tentang seorang perempuan dengan ibu. Dan aku tak mungkin tiba-tiba pulang dengan membawa seorang perempuan. Bagaimana nanti dengan para tetangga di desa? pikirku. Aku mencoba menenangkan Maria dengan: “Aku pasti mengajakmu pulang, sayang. Tapi, tidak sekarang.”
*
 
Setiap hari Maria tak bisa tidak menelepon diriku. Berkali-kali. Kadang ia lupa waktu. Dini hari. Sungguh gila. Kangen, katanya. Aku suka-suka saja dengan hal itu. Namun, aku jadi nggak enak dengan teman-teman satu kontrakan. Mereka terus-menerus terganggu dengan dering telepon. Akhirnya kukatakan padanya, boleh menelepon seratus kali, asalkan tidak pada saat orang-orang tidur. Tentu saja ia mengerti.
*
 
Suatu hari, aku mendapat telepon dari ibu. Aku diminta pulang lantaran ada masalah yang sangat penting. Dan sebelum pulang kusempatkan menemui Maria.
Ia ingin ikut pulang denganku. Aku meminta pengertiannya. Akhirnya ia merelakan kegagalannya dengan sedikit terpaksa. Tapi, ia meminta sesuatu untuk mengobati kekecewaannya. Sebuah ciuman. Aku terperangah.
*
 
Sore hari aku tiba di rumah. Langsung kucari ibu dan menanyakan masalah penting itu padanya. Katanya: “Tidak ada apa-apa. Ibu hanya kangen saja.” Kemudian ia menyuruhku mandi-makan-istirahat. Ia juga menyuruhku shalat. Namun, kukatakan: “Sudah. Kujamak-qashar dalam perjalanan.”
*
 
Sepanjang mandi-makan-istirahat, pikiranku terganggu. Tidak seperti biasanya, ibu meneleponku, menyuruhku pulang. Aku tak percaya bahwa ini karena alasan kangen saja. Apalagi kulihat di mata ibu tampak ada sesuatu yang tersembunyi yang menguatkan anggapanku tentang adanya suatu masalah menyangkut diriku.
Selepas maghrib, kembali aku menanyakan masalah itu pada ibu. Ibu hanya tersenyum. Aku semakin penasaran. Akan tetapi, aku tak mau mendesaknya meskipun membuat kepalaku tersiksa. Ah, barangkali saat ini mungkin bukan waktu yang pas bagi ibu. Biarlah, pikirku.
 
Ibu kemudian mengalihkan perhatian dengan menanyakan kabarku di sana. Bagaimana kuliahnya? Kapan KKN? Skripsi? Wisuda? Dan aku sudah putus asa mengharapkan ibu bertanya tentang seorang perempuan.
*
 
Sudah dua hari aku di rumah. Ibu belum juga memberitahukan masalah yang katanya penting itu. Sementara kepalaku sudah mulai lega tanpa memikirkan masalah itu.
Sedang Maria tetap meneleponku. Tiap hari, dan mengambil waktu selepas maghrib, karena ia tahu bahwa saat itu aku makan malam bersama keluarga. Ibu yang kerap menerima teleponnya.
 
Aku terperangah ketika ibu berkata : “Awik, ada telepon dari Maria.”
Ah, Rupanya Maria mencari perhatian, pikirku. Pada mulanya aku sedikit rikuh dengan cara Maria ini. Namun, kemudian aku malah suka. Bukankah cara Maria ini akan meneror ibu? Lalu ibu akan tersiksa dan terpaksa bertanya tentang siapa Maria itu. Tapi, itu bukan gayanya. Ibu sama sekali tak bertanya.
 
Setiap kali aku berbicara dengan Maria di telepon, konsentrasi makan ibu menjadi hilang. Kuperhatikan ibu hanya membolak-balik makanan dan kerap memperhatikanku.
“Jangan sekarang, Maria. Masalahnya belum selesai. Nanti saja kalau semua sudah beres, kamu main ke rumah. Oke, sayang. Udah, ya. Assalamu ‘alaikum”, itulah kata-kata terakhir yang kuucapkan sebelum meletakkan gagang telepon. Ah, untunglah, Maria selama ini cukup mengerti.
 
Ketika aku melanjutkan makan, ibu masih saja memperhatikanku. Aku pura-pura tak tahu. Ah, ibu. Kapan kita akan berbicara tentang seorang perempuan. Cinta, pikirku.
*
 
Sudah tiga hari ini, Maria terus mencecarku dengan berbagai pertanyaan dan tuntutan. Kapan masalahnya selesai? Kapan aku boleh ke rumahmu? Kapan diperkenalkan dengan orang tuamu? Kapan menikah? Aku bingung.
*
 
Sore itu kulihat ibu sedang duduk sendiri di serambi depan. Aku mendekat dan duduk di sampingnya. Ibu tersenyum. Kemudian aku membuka percakapan dengan bertanya tentang ayah ketika masih muda dulu. Tapi, ibu berkata bahwa itu sudah pernah diceritakan. Kami terdiam sesaat.
 
“Apakah ibu tak mau bertanya tentang Maria?” kataku nekat. Kuperhatikan ibu terperangah. Namun, aku tahu ibu berpura-pura.
“Dia pacarku, Bu. Besok ia akan berkunjung ke mari bersama seorang temannya. Berkenalan dengan ibu dan ayah.” Ibu masih diam. Tatapan matanya jauh ke depan. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Perlahan ia membuka suara.
“Sebenarnya….., sebenarnya ibu menyuruhmu pulang adalah untuk membicarakan masalah pertunanganmu dengan anaknya Pak Fadzil yang telah disepakati beberapa hari yang lalu.”
 
Aku tersentak. Ternyata, selama ini ibu memikirkan masa depan dan kebahagiaanku.

***

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir