Sabtu, 28 Februari 2009

'Perempuan Berkalung Sorban' dalam Diskursus

Rahmat Sudirman, Wiwik Hastuti
http://www.lampungpost.com/

BERAWAL dari pergulatan fiktif putri kiai salafiah Jawa Timur, pro-kontra itu datang. Lika-liku Anissa yang hidup dalam tradisi patriarki pesantren Jawa Timur membuka kembali diskursus lawas tentang subordinat perempuan di negeri ini. Film Perempuan Berkalung Sorban besutan Hanung Bramantyo pun jadi sorotan.

Film yang dibintangi Revalina S. Temat (Anissa), Oka Antara (Khudori), dan Joshua Pandelaky (Kiai Hanan)--diperkuat artis senior Widyawati dan Ida Leman--ini mengadopsi novel Perempuan Berkalung Sorban karya sastrawan kelahiran Jombang, Jawa Timur, Abidah El Khalieqy.

Dalam tayangan berdurasi 120 menit itu, dikisahkan sosok Anissa sebagai putri kiai yang bergulat dengan perannya sebagai seorang ibu dan istri. Anissa hidup di lingkungan keluarga kiai di pesantren salafiah putri Al Huda, Jawa Timur. Bertahun-tahun ia hidup dalam alam pikir (world view) salafiah. Kosmologinya menyatakan kemodernan adalah menyimpang.

Tradisi yang diterimanya melarang seorang perempuan menunggangi kuda. Perempuan juga tidak boleh hidup sendirian, jauh dari orang tua dan keluarga. Maka itu, keinginan Anissa kuliah di Yogyakarta pun kandas karena larangan orang tuanya. Wanita dewasa yang hidup sendiri hanya akan memunculkan fitnah, begitu kata Kiai Hanan, orang tua Anissa.

Ketidakberdayaan perempuan terus digambarkan Hanung lewat perjodohannya dengan Samsudin (Reza Rahadian), yang sama-sama keturunan kiai besar. Anissa tak bisa menolak. Ketika kehidupan keluarganya bersama Samsudin juga berjalan panas, Anissa tak bisa apa-apa, begitu pun ketika terus-terusan ia diperlakukan kasar oleh suami.

Sampai akhirnya dipoligami, Anissa belajar "ikhlas" menyaksikan Samsudin menggandeng Kalsum (Francine Roosenda) sebagai istri muda.

Harapan bergantung pada Khudori, pamannya dari pihak ibu. Cinta yang tumbuh sejak di pesantren kembali memunculkan kepercayaan pada Anissa. Lalu, dari sini, putri sang kiai yang dulu hidup dalam subordinasi pun menyebarkan pembebasan pada santri-santri Al Huda, termasuk perlawanan terhadap suami yang membuat istri tak berdaya.

Pro-Kontra

Pergulatan Anissa terhadap tradisi pesantren memicu polemik. Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti disampaikan Ali Mustafa Yaqub, menilai film garapan Hanung Bramantyo itu menjelek-jelekan Islam dan pesantren. Islam dibayangkan sebagai agama yang menindas dan membatasi perempuan.

Bagi MUI, penggambaran ini harus diluruskan. Agar tidak memunculkan keresahan di masyarakat, MUI pun meminta penayangan film ini distop sampai ada perbaikan beberapa bagian.

Hanung bertahan. Bagi sineas muda kelahiran Yogyakarta ini, Perempuan Berkalung Sorban adalah film keluarga. Kisahnya seputar peran seorang bapak yang dominan dalam tradisi patriarki.

Perempuan Berkalung Sorban juga bukan menyorot pesantren salaf, pesantren modern maupun Alquran. Film ini mengangkat tentang orang yang memakai Alquran untuk melegalkan kepentingan-kepentingan patriarki kepada anaknya yang perempuannya, begitu argumen Hanung.

Hanung tidak sendiri. Staf Ahli Departemen Agama, Siti Musdah Mulia, mendukung Perempuan Berkalung Sorban. Ia tidak searah dengan MUI dan seruan memboikot film yang dinilainya mengungkap realitas penindasan terhadap perempuan dengan mengatasnamakan agama.

"Saya membenarkan film ini mengangkat realitas. Dalam prakteknya seperti itu. Sebagai umat Islam kita tidak suka agama kita membelenggu perempuan, ketinggalan zaman. Tapi pada kenyataannya memang masih banyak yang seperti itu," kata dosen UIN Syarief Hidayatullah itu, seperti dilansir detikcom, awal Februari.

Bukan Satu-Satunya

Perempuan Berkalung Sorban bukan satu-satunya film bernuansa Islam dan mengangkat kehidupan pesantren ke layar perak. Film-film yang berangkat dari novel maupun latar pesantren faktanya mendapat sambutan hangat.

Satu lagi, film-film bernapaskan Islam juga begitu cepat menuai kontroversi. Sebelumnya, Ayat-Ayat Cinta yang digarap Hanung dari novel fenomenal karya Habibburahman El Shirazy juga sukses sekaligus menuai pro-kontra.

Memang kasusnya berbeda dengan 3 Doa 3 Cinta. Film besutan Nurman Hakim ini juga mengangkat dunia pesantren. Jika Perempuan Berkalung Sorban berlatar pesantren Jawa Timur, film dengan pemeran utama Dian Satro dan Nicholas Saputra ini berangkat dari kultur pesantren Demak, Jawa Tengah.

3 Doa 3 Cinta memang tidak fokus pada dekonstruksi patriarki dalam pesantren seperti diceritakan Hanung dalam Perempuan Berkalung Sorban. Film ini berkisah tentang gambaran masa depan tiga santri: Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga pratama), dan Syahid (Yoga Bagus).

Seperti tergambar pada Huda yang jatuh cinta pada penyanyi dangdut (Dian Sastro), bukan linearitas cita-cita santri yang dihadirkan Nurman Hakim dalam film ini. Konsepsi ini dikemas Nurman dalam scene sosial dengan permasalahan yang kompleks. Acting Dian sebagai penyanyi dangdut membuat kontras cerita berjalan menarik.

Kerja Nurman menghadirkan film berlatar pesantren dengan kontras sosialnya ini pun tak sia-sia. Film 3 Doa 3 Cinta mendapat Grand Prize of the International Jury pada ajang International Festival of Asian Cinema Vesoul, Prancis. Dalam pandangan Ketua Juri Festival, Fatemeh Motamed-Arya, 3 Doa 3 Cinta sukses mendeskripsikan hal-hal kompleks dengan bahasa sederhana.

International Festival of Asian Cinema Vesoul adalah ajang penghargaan yang dikhususkan untuk film-film dari Asia. Festival yang diadakan pada 10--17 Februari lalu merupakan salah satu festival film tertua di Prancis.

Sukses Ayat-Ayat Cinta dan 3 Doa 3 Cinta seperti mengukuhkan pergantian dominasi film-film cinta ber-setting urban dan film-film horor yang sempat booming di Tanah Air sejak lima tahun terakhir. Tentu saja, bukan lantaran film-film itu bernapas Islam maka diminati; setting pesantren yang dekat dengan sosiologis Indonesia juga yang menguatkannya.

Satu lagi, bahwa film-film itu diangkat dari novel karya penulis-penulis kuat, ini juga menjadi unsur penjamin kualitas yang menarik minat dan penasaran publik.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir