Sabtu, 28 Februari 2009

Musik sebagai Bahasa Universal

Purnawan Andra*
http://www.lampungpost.com/

SIAPA yang lupa lagu Imagine karya John Lennon? Lagu itu selalu menjadi soundtrack penayangan berita kekerasan di televisi seperti perang.

Dekade 80-an, Michael Jackson bersama banyak musisi kulit hitam menyanyikan We are the World untuk merespons kelaparan dan politik apartheid di Afrika Selatan.

Festival Glastonburry di Inggris, Woodstock di Amerika Serikat, LiveAids Festival adalah contoh beberapa festival musik yang selalu mengusung isu-isu mutakhir dunia seperti masalah lingkungan, kesehatan atau politik.

Bruce Springsteen dan Bono (U2) adalah contoh penyanyi yang mengkritisi kondisi politik dunia lewat lirik lagu-lagunya. Dengan lagu, mereka bersuara dan mampu berdialog sejajar dengan para pemimpin dunia.

Kesenian dalam masyarakat memang mempunyai posisi, fungsi, dan pemaknaan yang lekat dengan kebutuhan akan estetika, etika, spiritualitas, identifikasi, komunalitas juga ekonomi. Kekayaan multidimensi yang dimiliki seni termasuk musik sesungguhnya mampu membuka kemungkinan yang mampu dilakukan dalam kehidupan lokal bahkan global.

Eksistensi musik dapat dilihat dari kedudukannya sebagai teks dan konteks dalam masyarakat (Shin Nakagawa, 2000). Musik bukan hanya ekspresi bunyi (teks) yang menghibur secara dangkal atau semata tontonan. Musik adalah ruang pembacaan yang lebih kritis tentang identitas, tradisi, modernitas, dan sejarah musik itu sendiri (konteks).

Musik juga mampu berperan sebagai sebuah tuntunan laju dan arah peradaban manusia yang lebih baik. Usaha ini menjadi salah satu praktek penting untuk memproduksi kebudayaan sebagai sebuah "pengalaman berbagi" (Stuart Hall, 1997).

(Pem)bingkai(an)

Selama ini perkembangan dan pandangan tentang musik tidak dapat dilepaskan dari semangat zaman yang memberinya makna. Dalam sejarah perkembangannya, musik ditempatkan dalam aneka "bingkai" (frame) dan "pembingkaian" (framing) yang di dalamnya konsep, bentuk, prinsip, definisi, dan ekspresinya dibatasi baik melalui bingkai antropologis, sosiologi, ekonomi maupun kultural.

"Pembingkaian" adalah proses pembentangan "horizon" atau "dunia kemungkinan" (possible worlds) sekaligus penutupannya (Piliang, 2008), dalam konteks sosiologis, antropologis, politik, ekonomi, dan budaya.

Modernitas mendekonstruksi cara pandang seperti ini dengan meletakkan musik dalam sebuah medan transkultural, menekankan kaitan antara "struktur suara musik" dan "struktur kebudayaan" di mana musik itu hidup dan berkembang.

Musik berada dalam ruang yang memungkinkannya bertemu, bersilangan, bersimbiosis, berdialog, bercampur dengan unsur lain yang beragam, membuka aneka "ruang kemungkinan" dan pandangan baru tentang musik itu sendiri.

Dalam horizon yang tak terbatas tersebut, orang dapat menemukan "potensialitas" pemahaman tentang musik, yang tak terbayangkan, tak terpikirkan, dan tak terimajinasikan sebelumnya. Musik dapat menjadi sarana mencari hubungan antara struktur suara musik di satu pihak, serta masyarakat dan budaya di pihak lain.

Pembukaan ruang bagi reinterpretasi musik untuk menelusuri apa yang tersembunyi di dalam bahasa, apa yang ditangguhkan melalui tanda, apa yang ditunjuk, apa yang direpresikan (Fisher, 1986). Pembacaan musik membuka ruang bagi persandingan dua atau lebih tradisi kebudayaan melalui kolaborasi dengan hal lain.

Musik mampu berlaku sebagai wacana dan wahana urun suara dalam pusaran ide dunia kontemporer. Musik adalah sebuah "percakapan besar kebudayaan", representasi beragam maksud dan pemikiran, yang luruh menampung semua pendekatan artistik. Alat musik hanyalah media, sementara spirit yang mendasarinya adalah kebersamaan. Dan kebersamaan akan membangun dan menumbuhkan sesuatu yang baik.

Musik seharusnya bisa dilihat sebagai sebuah prinsip aransemen, susunan, dan ekspresi tanpa bingkai; sebagai susunan dinamis. Sebuah "himpunan" yang dibangun elemen-elemen musik (suara, nada, alat musik, aransemen, panggung) serta elemen-elemen lain nonmusik (elemen sosial, psikis, politik, budaya bahkan spiritualitas) dengan membentangkan cakrawala dan horizon luas yang mengintegrasikan musik dengan makna eksistensi kita.

Dalam musik tanpa bingkai itu kita mendapatkan visi pencerahan, arti kehidupan manusia dalam kemenyeluruhannya. Musik tanpa bingkai adalah bentuk disorganisasi hal-hal yang membingkainya. Yang dipentingkan di dalamnya adalah hubungan dinamis dan jejaring antara elemen-elemen pembangunnya (alat, teknologi, tubuh, sosial, politik, ekonomi, kultural) membuka ruang perbedaaan tanpa akhir.

Dengan itu musik dapat bekerja di luar dikotomi yang selama ini membangunnya, dan memperluas segala horizonnya: epistemologi, ekonomi, sosil, politik, kultural dan spiritual. Musik tidak lagi berurusan dengan musik an sich, tapi dengan segela elemen yang selama ini dianggap nonmusik seperti panggung, fashion, tata rias, desain komunikasi menusik, material, dan teknologi musik.

Industri Kreatif

Perluasan horizon pada saat yang sama membuka kemungkinan "industri kreatif". Terlebih saat ini tuntutan budaya post-modern dan masyarakat industri kreatif telah menuntut musik memperluas horizon, dengan membuka kemungkinan dunia yang beraneka ragam.

Memperluas horizon berarti menyintesa horizon masa lalu (sejarah) dan masa depan, memperluas medan kerja dan cara kerja musik. Musik kini tidak lagi melulu berurusan dengan suara, tapi mungkin juga dengan gerak, bentuk, bau-bauan dan citra. Tidak lagi dengan seni budaya, tapi juga dengan politik.

Inilah dasar pemikiran multikulturalisme kritis (Danusiri, 2004) yang tidak mengeksploitasi makna kebudayaan, tapi mengeksplorasinya di masyarakat sehingga relevan dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Musik dalam rangka multikulturalisme kritis adalah musik yang melampaui batas-batas dan menawar keragaman.

Musik menjadi tonggak sebuah rekonsiliasi kultural yang menumbuhkan pemahaman bahwa musik bukan sekadar instrumen dan bunyi, melainkan sarana komunikasi mempererat relasi antarwarga, suku, golongan, bahkan bangsa.

*) Civitas academica Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir