Sabtu, 28 Februari 2009

Masa Lalu Ada di Sini

Maria hartiningsih
http://kompas-cetak/

Tragedi Mei di satu sisi juga membangkitkan solidaritas lintas ras, kelas, agama, dan etnis. Masa-masa itu juga merupakan kebangkitan intelektual, khususnya perempuan, untuk menolak rasisme dan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Meskipun pengungkapan mengenai kasus-kasus pemerkosaan masih tetap sulit, dan teror serta ancaman masih terus dilancarkan, banyak penulis, penyair, artis, pekerja seni, melahirkan karya- karyanya untuk mengekspresikan keprihatinan mereka dan menyelenggarakan kegiatan kebudayaan.

Ilmuwan susastra Melani Budianta mencatat, pada tahun 1999, cerpen Seno Gumira Ajidarma mengenai pemerkosaan dalam kerusuhan Mei dibacakan di banyak kampus di berbagai kota di Jawa, sebagai bagian dari upaya membangkitkan kesadaran melawan rasialisme dan kekerasan terhadap perempuan.

Pada bulan Juli tahun 1999, para seniman teater menyelenggarakan diskusi publik pertama di Taman Ismail Marzuki Jakarta dengan topik China di Indonesia.

Diskusi yang penuh keterbukaan itu merupakan yang pertama setelah 30 tahun, berlangsung damai, diakhiri pembacaan puisi dan doa bersama di depan lukisan untuk memperingati setahun tragedi Mei.

Peristiwa yang bak halaman kosong dalam sejarah resmi bangsa ini diisi dengan penuh imajinasi oleh sastra. Marga T tahun ini akan meluncurkan Nozuma III.

Novel ini mengisahkan tentang gambaran mengerikan yang telah diketahui luas: perkosaan brutal yang dialami seorang perempuan Tionghoa di Indone- sia, pembunuhan saksi yang akan melakukan testimoni di New York dan testimoni yang tidak manusiawi dari psikolog—akibat tekanan yang berwajib—untuk menyatakan bahwa korban meninggal akibat penyimpangan seksual oleh ayahnya sendiri.

Richard Oh, salah satu dari novelis pertama Indonesia yang menulis dalam bahasa Inggris, menulis Pathfinders of Love pada tahun 1999, yang merangkai cerita dengan bahan-bahan yang didapatkan dari berbagai kejadian yang beredar di kalangan teman dan aktivis.

Dengan cara bertutur yang novelistik, Seno Gumira Ajidarma dalam Clara dan Yusrisal KW dalam Imajinasi Buruk melalui narasinya mengisahkan tentang kebenaran hakiki yang sulit dipahami.

Chavchay Syaifullah, penulis novel Sendalu, menurut Melani, mengakui ia menulis cerita tentang bagaimana seseorang menjadi pemerkosa karena dibayang-bayangi peristiwa yang sangat buruk, setelah bertemu dengan laki-laki yang dengan bangga membual tentang keterlibatannya dalam tragedi Mei sebagai pemerkosa bayaran.

Semua ini memperlihatkan bagaimana sejarah bisa ditulis dengan cara lain....

Dari benua lain, seorang perempuan terus berteriak mencari keadilan melalui berbagai tulisan. "Aku mengalami peristiwa yang jauh dari norma keadaban manusia pada tanggal 14 Mei di pinggir jalan sekitar Jelambar. Duniaku terbalik hanya dalam waktu kurang dari satu jam…."

Saat itu, Kenanga, sebut saja begitu, sedang mempersiapkan ujian negara untuk mendapatkan gelar dokter. "Dan bulan depan… aku menikah. Usiaku 26.…

"Aku tidak tahu siapa yang membawaku ke rumah sakit. Ketika tersadar, aku merasakan kesakitan yang luar biasa di bagian bawah perut. Aku bahkan sama sekali tidak bisa menggerakkan kedua kakiku. Aku sangat ketakutan dan berharap ini hanya mimpi buruk. Aku terus berkata pada diriku, ’Aku harus mempersiapkan ujian negara. Waktunya tinggal 11 hari….’"

Kenanga berangkat ke benua lain pada bulan Januari tahun 1999. Luka batinnya menganga dalam. Ia mengalami penderitaan yang menetap karena organ reproduksi di bagian bawah tubuh yang mencirikan simbol keperempuanannya, dihancurkan.

Psikiaternya di tempat yang baru itu memintanya untuk terus menulis untuk mengungkapkan segenap perasaannya. Satu tulisannya masuk dalam daftar pendek suatu kompetisi penulisan yang diselenggarakan oleh suatu yayasan internasional untuk orang cacat. "In my case, womb damage…."

Menolak pelupaan

Bagi keluarga korban tewas yang distigma sebagai "penjarah" dan dikambinghitamkan dalam kerusuhan Mei, perjuangan melawan pelupaan, dipahami sebagai perjuangan melawan otoritarianisme.

Salah satu cara untuk terus mengingat adalah melakukan kegiatan setiap tahun di tempat- tempat di mana banyak korban tewas. "Tetapi, saya belum bisa upacara tabur bunga di mal, karena belum berani masuk mal," ujar Ruminah, tentang upacara setiap tahun di halaman Mal Citra Klender yang dibangun di atas bekas reruntuhan Jogya Plaza.

Ruminah adalah ibu dari Igun (12) yang tewas ketika Jogya Plaza di Klender dibakar pada tanggal 14 Mei 1998. Diperkirakan, sekitar 400 orang dewasa dan anak-anak tewas di tempat itu.

Perempuan ini adalah salah satu warga yang menyaksikan apa yang terjadi sebelum Jogya Plaza dibakar. Ia melihat dengan jelas bagaimana bangunan besar itu dibakar, dan menengarai tipe orang-orang yang melakukannya.

Ia sempat dikejar sebuah mobil kijang ketika memutuskan pergi ke kantor polisi Pulo Gadung untuk melaporkan hilangnya Igun. "Ada cewek... ada cewek...." Ia mendengar teriakan laki-laki di dalam mobil itu. Karena melihat gelagat tidak baik, ia bersembunyi di balik semak- semak. Mobil kijang itu berhenti. Penumpangnya berusaha mencari, tetapi gagal. "Saya dengar mereka mengumpat ’diancuk’!"

Igun "ditemukan" di RSCM di antara tumpukan mayat yang terbakar. Di situ Ruminah menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan. "Ada mayat seorang ibu yang sedang hamil," ujarnya.

Meski tidak terlalu yakin mayat yang ia bawa pulang itu adalah mayat Igun, ia tetap bertekad membawanya. Niatnya membuatkan makam buat Igun supaya kalau rindu bisa mengunjunginya setiap saat.

Sekitar 12 hari setelah Igun dimakamkan, beberapa kali ia menerima telepon dari orang tak dikenal pada tengah malam. Ia diancam untuk tidak bercerita kepada siapa pun soal musibah yang ia alami.

Selama beberapa bulan Ruminah mengalami trauma yang serius. Ia tidak bisa makan, tidak bisa tidur. Berkat bantuan dokter, kondisi fisiknya mulai pulih, tetapi tidak kondisi kejiwaannya.

Menolak pembandingan

Dalam proses penyembuhan itu, ia bertemu dengan para relawan yang mendampinginya. Ruminah kemudian mengalami proses pembangkitan kesadaran tentang peristiwa politik di balik tewasnya Igun. Sejak itu, ibu empat anak itu memasuki dunia aktivisme.

Bergandengan tangan dengan keluarga korban yang lainnya, ia merasakan berkeringat dalam terik matahari ketika melakukan aksi. Cintanya kepada Igun bertransformasi menjadi energi untuk memperjuangkan hak korban dari berbagai peristiwa politik.

Dengan pemahamannya tentang kerusuhan Mei, Ruminah menolak kalau korban yang tewas dalam kerusuhan Mei dibandingkan dengan perempuan Tionghoa korban perkosaan. Ia tidak mau memperbandingkan penderitaan. Ia juga memahami penderitaan keluarga korban pemerkosaan dan penyerangan seksual yang tidak berani bersuara sampai sekarang.

Namun, perjalanan mencari keadilan dan menegakkan kebenaran adalah perjalanan sangat panjang dan terjal. "Sepertinya tidak ada perubahan. Saya sering lelah," ujarnya, seraya memaparkan upayanya supaya tidak kehabisan energi.

Apalagi, banyak keluarga korban sudah jarang berkumpul karena disibukkan oleh upaya menyiasati hidup yang kian sulit. "Cari kerja susah. Banyak orang susah makan. Saya juga semakin sering waswas dan cepat bingung kalau anak saya terlambat pulang," sambungnya.

Namun, Ruminah tidak berhenti. Ketika dihubungi Kamis (11/5) malam, ia masih berada di Kantor Kontras (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), organisasi nonpemerintah tempat ia ikut melakukan aktivismenya.

Di situ ia bertemu teman- temannya dan para aktivis. Di situ, nyala harapannya dijaga. Di situ pula ia menguatkan keyakinannya akan apa yang dikatakan penyair Chile, Pablo Neruda, "Action is The Mother of Hope."

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir