Kamis, 21 Agustus 2008

LUPA, HUTANG & REVOLUSI

Nurel Javissyarqi*

Lupa menyebabkan hutang, dan atau pun hakikat lupa ialah hutang. Hutang dapat terlupa, menambah bengkak nominal bunga. Lantas kesadaran hadir mecekik menghapus kenangan. Tetapi sungguh di depan itu jurang, maka kita harus mundur ke belakang, merevolus diri, berperang melawan kebijakan. Kembali kepada waktu semula untuk mendapatkan waktu kini dan nantinya, dengan kesungguhan bertambah keyakinan dari pengalaman lupa, hutang serta terlena.

Di setiap lapis kesadaran kita baca. Merasakan betapa fitroh pengembangan membutuhkan kebertemuan hukum serta pendapat yang bersilang-saling pengertian, jika tak ingin terjebak berbalik pada sudut tepian. Marilah membongkar sederet peristiwa di atas dengan menggunakan beberapa pandangan, agar tidak terhanyut lamunan seorang peneliti yang kebablasan mengenai harapan tinggi tanpa tendensi kehakikian.

Kita sadar, setiap yang mengisi denyutan kehidupan, sarat dengan esensi dan manfaatnya akan didapat kalau meletakkan isi tersebut pada tempat yang pasti. Pasti di sini bukan hukum saklek satu pandangan kebenaran, juga bukan hukum dualitas membingungkan. Namun bagaimana kita seperti pelukis, mengambil obyek lewat beberapa sudut mata bathin nan cantik. Setiap sudut yang hadir terbaca juga terlaksana; memiliki artian bertambahnya maksud dari penelitian yang diulang-ulang.

Atau bisa disebutkan, keberadaan ruang itu kesadaran akan hutang yang harus dibayar kreatifitas, dan masa-masa memaknai ruangan lebih dimengerti lewat adanya tenggang masa renungan jarak pergumulan. Bermula dari keadaan menyerupai atau kebenaran itu hadir sungguh berkait. Pun besarnya kuasa bangsa atau perorangan tentu masih ada sisi-sisi membutuhkan kekuatan lain demi topangan keseimbangan kemajuan, menanggulangi kejatuhan tak terfikirkan. Apalagi suatu negara yang masih carut-marut dalam pencarian struktur tubuh serta jiwanya.

Kita seperti bayangan enggan memeluk tubuh, pula enggan memanjangkan bayangan. Selalu berada di daerah remang, tidak percaya diri, was-was kurang berani melakukan lompatan inisiatif, keraguan tak mendekte ke arah pendewasaan. Padahal kejatuhan diri, tidak seharusnya dibiarkan terlupa begitu saja sebagai hal biasa. Apa memang sebab dengkul otak sudah ngapal dengan kegagalan-kegagalan, sampai merasa tak mungkin tersembuhkan, apalagi sukses membayar hutang (?).

Mungkin sebaiknya kita menyepi di perkampungan masing-masing demi tersadarkan, atau dikerangkeng kondisi sakit tubuh ini, agar yang dalam jiwa sanggup diterbangkan. Sebab tak mungkin mengepak melesat sambil membawa bayangan, apalagi masih segan berbuat pembebasan. Kita harus memuntahkan hal-hal pokok yang tidak pernah dikeluarkan, darah kental dalam diri harus dibuang, dendam direalisasikan lewat kerja terindah kemesraan.

Baiklah, meski awalnya ragu tersebab gentar hawa menyerang pintu rumah, maka sejak awal berakrablah sapaan angan, pastikan mengenal beberapa kabar berita, agar yang terterima tak lagi asing dan menemukan sela-sela menerobos tubuh dengan jiwa. Kita tahu lupa tersebab sering melena, enggan merawat tahap rasa untuk dirasa lebih dari sekadar rutinitas.

Setiap berpapasan, usahakan jeli merekam. Dan di kala santai, rekaman itu pengintip mencuri waktu, lantas kesempatan akan berbicara; kita mendapati pada diwaktunya. Maka seharusnya sedikit demi sedikit menabung ingatan, membayar hutang lewat tahap memungkinkan berjalan. Yang perlu diperhatikan itu sarana transportasi dalam keadaan terjaga, istirahnya cukup memulihkan daya demi gairah terpenjara bisa keluar dengan ledakan kesadaran. Olehnya setiap lapisan masalah, harus merasakan kesadaran diri hingga topangannya makin bertambah; sama-sama berjuang melaksanakan cemburu kalau menguntungkan sisi kesadaran, merawat perhatian agar tidak lepas dari tanggung jawab.

Kita biarkan sakit ringan, itu cara mendapati kekebalan saat berhadapan atau persinggungan yang ada, dijadikan jarak tempuh lebih bermakna. Oleh ketika garis-garis dimaknai, nama-nama pendapat kita masukkan, meramu perasaan logika yang ada, barulah memperolah yang sejati dari beberapa elemen, sebab menarik itu mencabut akar serabut.

Olehnya kehati-hatian harus dituntut, mewaspadai hutang nantinya mencekik, untuk menambah gairah kerja, bukannya malah mengungkung melupakannya sebab teramat berat beban derita. Karenanya, anggaplah sakit itu latihan, cemooh, rasa malu tak beralasan harus dilampaui, bukan dihindari yang nantinya mentok, saat dalam keadaan tak lagi memiliki suatu apa dikarena malu berlebihan.

Perlunya kasih membangun sesama, akan membantu memulihkan kesadaran yang pernah kita lakukan. Atau ternyata cerminan kasih memantulkan rasa sayang kepada diri, dengan bersikap santun melangkah, bersih dari nalar atau perhatian yang tak menyandang makna berlebih. Atau sebaiknya sapaan dimaknai sejauh memberi arti dengan selalu melapangkan penerimaan baik.

Atau marilah masuk ke dalam, mencari yang diselami David Home: Ketika aku memasuki apa yang aku namakan diriku, aku selalu ragu akan persepsi tertentu, mengenai panas atau dingin, cahaya atau bayangan, cinta atau benci, rasa sakit atau kenikmatan. Aku tak pernah mendapati diriku…(kutipan T.Z. Lavine). Di sini kita melihat Home meragukan realitas umum, nilai-nilai yang disepakati kadang bertolak belakang, ini tergantung penerimaan kita dalam mengerjakan tugas dengan ringan atau berat.

Ada patut diperhatikan dari situ, tubuh menjaga kondisi dengan selalu berfikiran positif agar panerimaan sesuai dengan yang diinginkan. Juga tak menjadi nilai tambah yang kadang berkebalikan dari nilai universal yang diidam. Tapi nyatalah, kita mengembangkan diri dengan tetap dalam kondisi dinamis atau abruk, tergantung kelihaian menyikapi persoalan agar tidak tumpah sia-sia.

Atau David Home serupa mengatakan; insan senantiasa dalam keadaan miris, timbangan selalu bergoyangan tertiup angin, kalau sekiranya tak menempatkan mengenai suatu pilihan. Inilah ambang di mana insan dalam keadaan lena, kalau tidak selalu melatih diri dengan kesadaran yang dikelolah, agar menjadi dan terus menjadi, dari keadaan yang genting.

Dan keyakinanlah menghatarkan rasa mencecap nikmatnya madu perjuangan. Sebuah istirah dari kerja kemungkinan damai terbesar sebelum datangnya fajar dijanjikan berupa balasan. Yakni terus melaksanakan titah yang kita yakini dari kondisi yang selalu berjempalitan dalam diri. Di sinilah penekanan Home akan keraguan itu terjadi, menjadi gugusan keyakinan jika benar meyakini kondisi dengan rasa senang berjalan di jalur penalaran positif, mengambil hasil perjuangan tidak lagi sia-sia.

2 Agustus 2006.
*) Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir